Mohon tunggu...
Anik Setyani Rahayu
Anik Setyani Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Susahnya Tak Punya Privilege: Mimpi dan Realita yang Harus Dihadapi

3 Oktober 2024   13:52 Diperbarui: 3 Oktober 2024   13:58 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam kehidupan, kita sering mendengar istilah privilege, yang merujuk pada keuntungan atau kemudahan yang dimiliki seseorang karena faktor tertentu, seperti latar belakang keluarga, pendidikan, atau lingkungan sosial. Bagi sebagian orang, privilege ini membuka banyak pintu dan kesempatan. Namun, bagi mereka yang tidak memiliki privilege, realitas bisa sangat berbeda. Artikel ini akan mengupas tantangan yang dihadapi oleh mereka yang tidak memiliki privilege, dan mengapa penting untuk menyadari posisi kita sebelum mengejar mimpi.

Salah satu aspek paling mencolok dari tidak memiliki privilege adalah akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Bagi banyak anak dari keluarga kurang mampu, pendidikan yang baik sering kali terasa seperti mimpi yang jauh. Mereka mungkin harus berjuang keras untuk mendapatkan akses ke sekolah yang memadai, sementara teman-teman sebayanya yang lebih beruntung dapat belajar tanpa hambatan. Keterbatasan ini tidak hanya membatasi pengetahuan, tetapi juga membatasi peluang masa depan.

Mimpi yang tinggi sering kali terhalang oleh beban ekonomi. Tanpa dukungan finansial yang memadai, mengejar pendidikan tinggi atau memulai usaha bisa menjadi hal yang sangat sulit. Banyak individu yang terpaksa memilih untuk bekerja daripada melanjutkan pendidikan karena harus membantu keuangan keluarga. Dalam banyak kasus, impian yang mereka miliki terpaksa ditunda atau bahkan diabaikan sama sekali.

Lingkungan tempat tinggal juga memainkan peran penting dalam membentuk harapan dan impian seseorang. Bagi mereka yang tumbuh di lingkungan yang kurang mendukung, di mana kekerasan, kemiskinan, atau kecanduan menjadi hal biasa, mengejar mimpi bisa terasa seperti perjuangan yang sangat berat. Seringkali, dukungan dari teman atau keluarga yang memahami dan mendorong pun sulit didapatkan.

Mereka yang tidak memiliki privilege sering kali menghadapi stigma sosial. Mimpi yang mereka miliki bisa jadi dianggap tidak realistis oleh orang-orang di sekitar mereka. Tekanan dari masyarakat untuk "tahu diri" dan tidak terlalu mengkhayalkan bisa menjadi beban tambahan. Hal ini menciptakan rasa putus asa yang menghalangi mereka untuk berpikir bahwa impian bisa dicapai.

Meskipun tantangan ini ada, penting untuk menjaga harapan. Banyak individu yang tidak memiliki privilege yang berhasil mencapai impian mereka berkat ketekunan, kerja keras, dan keberanian untuk berjuang meskipun dalam keadaan yang sulit. Mereka sering kali menjadi inspirasi bagi orang lain, membuktikan bahwa meskipun jalan yang dihadapi penuh rintangan, mimpi tetap bisa diwujudkan.

Bagi mereka yang memiliki privilege, penting untuk menyadari posisi mereka dan bagaimana privilege tersebut memengaruhi kehidupan mereka. Memahami kesulitan yang dihadapi orang lain dapat membangkitkan empati dan dorongan untuk memberikan dukungan, baik dalam bentuk finansial, pendidikan, atau kesempatan. Kesadaran ini juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif, di mana semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengejar impian mereka.

Susahnya tidak memiliki privilege adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh banyak orang. Kesulitan akses pendidikan, beban ekonomi, dan tekanan sosial adalah beberapa tantangan yang menghalangi mereka untuk meraih mimpi. Namun, dengan ketekunan dan dukungan, impian tetap dapat menjadi kenyataan. Dalam perjalanan ini, kesadaran dan empati dari mereka yang memiliki privilege dapat menciptakan perubahan yang signifikan, memungkinkan semua orang untuk mengejar impian mereka, terlepas dari latar belakang yang mereka miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun