Stoicisme adalah salah satu filosofi kuno yang berakar dari Yunani dan Roma. Filosofi ini mengajarkan cara pandang yang mendalam terhadap kehidupan dengan menekankan pada pengendalian emosi, ketenangan batin, dan penerimaan terhadap hal-hal yang berada di luar kendali manusia. Prinsip-prinsip stoicisme sangat relevan di era modern, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan yang penuh tekanan.
Salah satu ajaran inti dari stoicisme adalah fokus pada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, seperti pikiran, tindakan, dan sikap. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita terjebak dalam kekhawatiran tentang hal-hal yang berada di luar kendali kita, seperti pendapat orang lain, kejadian di masa lalu, atau hasil dari usaha kita. Filosofi ini menekankan bahwa kebahagiaan terletak pada kemampuan untuk menerima apa yang tidak dapat diubah dan fokus pada upaya yang kita bisa lakukan.
Menurut Marcus Aurelius, salah satu tokoh utama dalam stoicisme, kita tidak dapat mengontrol dunia di sekitar kita, tetapi kita bisa mengontrol cara kita bereaksi terhadapnya. Prinsip ini mengajarkan untuk tidak terlalu larut dalam hal-hal eksternal dan lebih memperhatikan bagaimana kita merespons setiap peristiwa dalam hidup.
Dalam stoicisme, ada konsep yang disebut "amor fati" atau cinta pada takdir. Ini berarti menerima segala sesuatu yang terjadi, baik atau buruk, sebagai bagian dari hidup. Dengan menerima ketidakpastian, kita dapat menemukan kedamaian dan ketenangan dalam menghadapi perubahan dan tantangan. Filosofi ini membantu kita melihat kesulitan sebagai peluang untuk tumbuh, bukan sebagai penghalang.
Stoicisme juga menekankan pentingnya menjaga ketenangan batin. Filosofi ini mengajarkan bahwa emosi seperti kemarahan, ketakutan, dan kesedihan sering kali muncul dari penilaian yang salah tentang situasi. Dengan melatih pikiran kita untuk melihat segala sesuatu secara rasional dan objektif, kita dapat menghindari ledakan emosional yang tidak produktif.
Dalam stoicisme, ketenangan bukan berarti mengabaikan emosi, melainkan mengakui emosi tersebut dan memutuskan bagaimana cara terbaik untuk meresponsnya. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan bijaksana, tanpa terbawa arus emosi negatif yang merugikan.
Bagi para penganut stoicisme, kebajikan adalah puncak dari kehidupan yang baik. Kebajikan ini mencakup empat pilar utama: kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri. Melalui kebajikan-kebajikan ini, seseorang dapat mencapai kebahagiaan yang sejati, yang tidak tergantung pada faktor eksternal seperti kekayaan, status, atau pengakuan.
Stoicisme mengajarkan bahwa dengan menjadi pribadi yang bijaksana, adil, dan berani, kita dapat menghadapi segala bentuk tantangan hidup dengan tenang dan percaya diri.
Meskipun berasal dari ribuan tahun yang lalu, stoicisme tetap relevan di zaman modern. Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, filosofi ini menawarkan solusi untuk menghadapi kecemasan, stres, dan ketidakpastian. Dengan mempraktikkan prinsip-prinsip stoisisme, kita dapat membangun ketahanan mental dan emosional yang kuat, yang membantu kita menjalani hidup dengan lebih bermakna.
Akhirnya, stoicisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari apa yang kita miliki, tetapi dari cara kita memandang dunia dan bagaimana kita merespons setiap tantangan yang datang. Dengan mengadopsi mindset stoicisme, kita dapat menemukan ketenangan dalam diri, apa pun yang terjadi di sekitar kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H