Ada sebuah kisah tentang seorang penjaga malam di sebuah gedung perkantoran tua di kota. Namanya Pak Budi, seorang pria tua yang telah bekerja selama puluhan tahun sebagai penjaga. Gedung itu dulunya ramai, tetapi sekarang sebagian besar lantainya kosong, hanya tersisa beberapa perusahaan kecil yang menyewa ruang di lantai dasar. Namun, meski tampak biasa, ada sesuatu yang aneh Ada sebuah kisah tentang seorang penjaga malam di sebuah gedung perkantoran tua di kota. Namanya Pak Budi, seorang pria tua yang telah bekerja selama puluhan tahun sebagai penjaga. Gedung itu dulunya ramai, tetapi sekarang sebagian besar lantainya kosong, hanya tersisa beberapa perusahaan kecil yang menyewa ruang di lantai dasar. Namun, meski tampak biasa, ada sesuatu yang aneh di lantai 7. Lantai itu sudah lama dikosongkan karena renovasi yang tak pernah selesai, dan tidak ada yang diizinkan naik ke sana.
Suatu malam, ketika semua sudah pulang dan gedung terasa sepi, Pak Budi sedang berpatroli di sekitar. Tiba-tiba, lift yang ada di seberang ruangan terbuka sendiri. Lift itu berhenti di lantai 7, meskipun seharusnya tidak ada yang bisa mengakses lantai itu. Penasaran, Pak Budi memutuskan untuk naik ke sana, berpikir mungkin ada sesuatu yang salah.
Saat dia sampai di lantai 7, suasana berbeda dari yang dia bayangkan. Lantainya gelap, hanya ada beberapa lampu redup yang berkedip. Udara terasa lembap dan dingin, dan bau lembab menyeruak. Pak Budi berjalan perlahan, menyalakan senter kecilnya. Di tengah koridor, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku---sebuah pintu terbuka dengan samar-samar ada bayangan seseorang di dalam ruangan.
Dengan hati-hati, Pak Budi mendekat dan mengintip ke dalam. Di sana, ada seorang wanita berambut panjang, mengenakan pakaian putih kumal, duduk di sudut ruangan, membelakangi pintu. Tangannya memeluk lutut, tubuhnya bergoyang perlahan, seolah-olah sedang menangis. Pak Budi merasa tidak enak, tetapi dia tidak bisa begitu saja meninggalkan wanita itu sendirian.
"Bu, sedang apa di sini malam-malam?" tanyanya dengan suara gemetar.
Wanita itu berhenti bergoyang, tetapi tidak menoleh. Dia hanya menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. Pak Budi melangkah sedikit lebih dekat, tapi tiba-tiba, wanita itu berbicara dengan suara serak, "Aku tidak pernah pergi... Aku masih di sini..."
Seketika, wanita itu menoleh dengan cepat, dan wajahnya terlihat rusak, penuh luka dan darah. Matanya merah menyala menatap langsung ke arah Pak Budi. Tanpa berpikir panjang, Pak Budi berlari keluar dari lantai itu, turun melalui tangga darurat, dan tidak pernah berani kembali ke lantai 7 lagi.
Sejak malam itu, Pak Budi berhenti bekerja sebagai penjaga malam. Gedung itu tetap berdiri, tapi lantai 7 kini benar-benar tertutup, tanpa ada yang berani menginjakkan kaki di sana lagi. Tapi orang-orang masih mengatakan, jika kamu berada di dekat lift di tengah malam, kamu mungkin mendengar suara tangisan pelan dari lantai atas... lantai 7. Lantai itu sudah lama dikosongkan karena renovasi yang tak pernah selesai, dan tidak ada yang diizinkan naik ke sana.
Suatu malam, ketika semua sudah pulang dan gedung terasa sepi, Pak Budi sedang berpatroli di sekitar. Tiba-tiba, lift yang ada di seberang ruangan terbuka sendiri. Lift itu berhenti di lantai 7, meskipun seharusnya tidak ada yang bisa mengakses lantai itu. Penasaran, Pak Budi memutuskan untuk naik ke sana, berpikir mungkin ada sesuatu yang salah.
Saat dia sampai di lantai 7, suasana berbeda dari yang dia bayangkan. Lantainya gelap, hanya ada beberapa lampu redup yang berkedip. Udara terasa lembap dan dingin, dan bau lembab menyeruak. Pak Budi berjalan perlahan, menyalakan senter kecilnya. Di tengah koridor, ia melihat sesuatu yang membuat darahnya membeku---sebuah pintu terbuka dengan samar-samar ada bayangan seseorang di dalam ruangan.