Gelap merayap, menyelimuti harap,
Bayangan kenangan datang beriring langkah,
Mata ini terjaga, menantikan sinar,
Namun malam enggan, tuk hantar ke mimpi yang liar.
Detik jam bergetar, waktu seakan henti,
Keberanian bertanya, adakah kau mengerti?
Ketika sepi merangkul, menjelma jadi teman,
Namun, jiwa ini merindu cahaya yang hilang.
Bintang-bintang bersembunyi dalam awan kelabu,
Seolah tak ingin menyaksikan derai sendu,
Dalam kesunyian ini, kutelusuri jejak,
Semua rasa yang terpendam, dalam hati yang retak.
Ku ambil napas dalam, meresapi malam,
Setiap hembusan angin, menyimpan kisah kelam,
Entah mengapa, malam terasa begitu berat,
Seolah menanggung beban, rindu yang tak terkat.
Di luar jendela, dunia seakan terlelap,
Namun di dalam jiwa, gelora tak pernah padam,
Kembali ku menanti, sinar fajar beranjak,
Menghapus semua bayang, memberi harapan baru yang segar.
Hati ini berdoa, semoga esok tiba,
Dengan cahaya yang hangat, membangkitkan jiwa,
Malam mungkin sunyi, namun tidak tanpa arti,
Dalam sepinya, ku temukan keteguhan diri.
Biarlah malam ini, mengajarkan rasa,
Tentang sabar dan harapan, dalam setiap derita,
Karena meski gelap, pasti ada akhir,
Sebuah cahaya yang menanti, di ujung perjalanan ini.
Mungkin nanti kita akan bertemu kembali,
Dalam mimpiku yang hangat, di bawah cahaya mentari,
Sampai saat itu tiba, ku peluk sepi ini,
Karena malam sunyi pun, bisa jadi teman setia, bersemi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H