Mohon tunggu...
Ni Putu Anik Pradnyantari
Ni Putu Anik Pradnyantari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi: renang, karate, lari, bulu tangkis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wawasan Nusantara: Pilar Pembentuk Karakter Mahasiswa di Era Disrupsi Global

10 Juli 2024   10:34 Diperbarui: 10 Juli 2024   10:35 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Muda Indonesia: Penerus Wawasan Nusantara di Era Global /Shutterstock

Oleh Ni Putu Anik Pradnyantari, Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Ganesha

Di tengah arus globalisasi yang semakin deras dan perkembangan teknologi yang tak terbendung, peran Wawasan Nusantara sebagai landasan berpikir bagi generasi muda Indonesia, khususnya mahasiswa, menjadi semakin krusial. Era disrupsi digital dan kompleksitas geopolitik yang kita hadapi saat ini menuntut pemahaman yang lebih mendalam dan aplikatif tentang konsep kenegaraan ini. Wawasan Nusantara bukan lagi sekadar teori yang diajarkan di ruang-ruang kuliah, melainkan suatu paradigma hidup yang harus terus diaktualisasikan dalam menghadapi dinamika dunia modern. Urgensi penerapan Wawasan Nusantara di kalangan mahasiswa semakin mendesak mengingat posisi strategis Indonesia dalam konstelasi global. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan keragaman budaya yang menakjubkan, Indonesia memerlukan generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki wawasan kebangsaan yang kokoh. Mahasiswa, yang merupakan agen perubahan dan calon pemimpin masa depan, memikul tanggung jawab besar untuk memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai Wawasan Nusantara dalam setiap aspek kehidupan mereka. Dalam ranah akademis, internalisasi Wawasan Nusantara dapat memperkaya pendekatan interdisipliner dalam penelitian dan pembelajaran. Sebagai contoh, seorang mahasiswa ilmu politik tidak hanya mengkaji teori-teori politik dari perspektif global, tetapi juga mengintegrasikan pemikiran para pendiri bangsa dan kearifan lokal dalam analisis mereka.

Hal ini akan menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif dan kontekstual terhadap dinamika politik nasional dan internasional. Demikian pula, mahasiswa ekonomi dapat mengembangkan model-model ekonomi yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan, tetapi juga mempertimbangkan aspek pemerataan dan keberlanjutan lingkungan sesuai dengan prinsip-prinsip Wawasan Nusantara. Lebih jauh lagi, pemahaman Wawasan Nusantara dapat menjadi katalis dalam pengembangan inovasi teknologi yang berwawasan nusantara. Mahasiswa di bidang teknologi informasi, misalnya, dapat merancang aplikasi-aplikasi yang tidak hanya canggih secara teknis, tetapi juga responsif terhadap kebutuhan dan karakteristik masyarakat Indonesia yang beragam. Ini bisa mencakup pengembangan platform e-learning yang mengakomodasi variasi bahasa daerah, atau sistem informasi geografis yang membantu dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, teknologi tidak hanya menjadi alat modernisasi, tetapi juga instrumen pelestarian dan pengembangan kearifan lokal. Dalam konteks sosial-budaya, Wawasan Nusantara dapat menjadi instrumen efektif dalam membangun jembatan pemahaman antar-kelompok di Indonesia. Mahasiswa dapat berperan aktif dalam program-program pertukaran budaya antar-daerah, tidak hanya untuk mengenal keragaman, tetapi juga untuk mengidentifikasi nilai-nilai universal yang dapat memperkuat persatuan nasional. Inisiatif semacam "Diplomasi Budaya Nusantara" yang digagas oleh mahasiswa bisa menjadi sarana ampuh untuk mempromosikan keberagaman Indonesia ke dunia internasional sekaligus memperkuat identitas nasional. Hal ini penting mengingat di era global, soft power seringkali lebih efektif dalam membangun citra dan pengaruh suatu bangsa.

Di era post-truth dan maraknya disinformasi, Wawasan Nusantara juga dapat berfungsi sebagai kompas moral dan intelektual bagi mahasiswa. Mereka perlu dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis yang berakar pada nilai-nilai ke-Indonesia-an. Mahasiswa harus mampu memfilter dan menganalisis informasi dari berbagai sumber, baik domestik maupun internasional, dengan tetap mempertimbangkan kepentingan nasional dan nilai-nilai Pancasila. Kemampuan ini sangat penting dalam menghadapi tantangan seperti radikalisme, ekstremisme, dan propaganda asing yang dapat mengancam keutuhan bangsa. Dengan pemahaman Wawasan Nusantara yang kuat, mahasiswa akan menjadi benteng pertahanan ideologi bangsa di garda terdepan. Dalam ranah ekonomi, pemahaman Wawasan Nusantara dapat mendorong lahirnya model-model bisnis yang tidak hanya berorientasi profit, tetapi juga memiliki misi sosial dan lingkungan. Mahasiswa dapat mengembangkan start-up yang fokus pada pemberdayaan ekonomi lokal, atau merancang sistem supply chain yang mengoptimalkan potensi antar-pulau di Indonesia. Konsep "ekonomi nusantara" yang menggabungkan prinsip-prinsip ekonomi modern dengan kearifan lokal dapat menjadi alternatif menarik dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Dengan pendekatan ini, pembangunan ekonomi tidak hanya berorientasi pada angka-angka pertumbuhan, tetapi juga pada pemerataan kesejahteraan dan pelestarian budaya. Aspek pertahanan dan keamanan juga tidak luput dari relevansi Wawasan Nusantara.

Di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks, mahasiswa perlu memahami konsep ketahanan nasional yang holistik. Ini mencakup tidak hanya aspek militer konvensional, tetapi juga ketahanan pangan, energi, dan keamanan siber. Mahasiswa dapat berkontribusi dalam pengembangan strategi keamanan nasional yang adaptif terhadap ancaman non-tradisional seperti perubahan iklim, pandemi, dan kejahatan transnasional. Pemahaman ini penting agar generasi muda tidak hanya melihat pertahanan negara dari perspektif konflik fisik, tetapi juga dari berbagai dimensi yang lebih luas dan kontemporer. Implementasi Wawasan Nusantara di lingkungan kampus dapat diperkaya dengan pendekatan yang lebih interaktif dan experiential. Selain melalui kuliah formal, dapat diadakan simulasi penanganan krisis nasional, kompetisi inovasi berbasis kearifan lokal, atau program magang di institusi-institusi strategis nasional. Kolaborasi antara perguruan tinggi dengan pemerintah daerah dan industri dalam konteks pengembangan potensi daerah juga dapat menjadi wadah aplikasi nyata Wawasan Nusantara. Dengan pendekatan hands-on ini, mahasiswa tidak hanya memahami konsep secara teoritis, tetapi juga merasakan langsung tantangan dan peluang dalam mengimplementasikan Wawasan Nusantara di lapangan. Lebih lanjut, internalisasi Wawasan Nusantara juga dapat mendorong mahasiswa untuk mengembangkan kepekaan terhadap isu-isu global sambil tetap mempertahankan identitas nasional. Misalnya, dalam menghadapi isu perubahan iklim, mahasiswa dapat mengembangkan solusi yang tidak hanya mengadopsi standar internasional, tetapi juga mempertimbangkan kondisi geografis dan sosial-ekonomi Indonesia.

Demikian pula dalam isu-isu seperti migrasi global, keamanan pangan, atau transformasi digital, perspektif Wawasan Nusantara dapat memberikan sudut pandang unik yang memperkaya diskursus global. Kesimpulannya, Wawasan Nusantara harus diposisikan sebagai paradigma sentral dalam pembentukan karakter dan kompetensi mahasiswa Indonesia. Ia bukan sekadar konsep abstrak, melainkan kerangka berpikir dan bertindak yang sangat relevan dalam menghadapi tantangan abad ke-21. Dengan internalisasi Wawasan Nusantara yang mendalam, mahasiswa Indonesia akan menjadi generasi yang tidak hanya unggul secara global, tetapi juga memiliki akar yang kuat pada nilai-nilai dan kepentingan nasional. Mereka akan menjadi agen transformasi yang mampu membawa Indonesia menuju masa depan yang gemilang, dengan tetap mempertahankan jati diri bangsa di tengah arus globalisasi. Oleh karena itu, revitalisasi dan kontekstualisasi pendidikan Wawasan Nusantara di perguruan tinggi menjadi sebuah imperatif nasional yang tidak bisa ditawar lagi. Perguruan tinggi, bersama dengan pemangku kepentingan lainnya, perlu merancang kurikulum dan program-program yang tidak hanya mentransfer pengetahuan tentang Wawasan Nusantara, tetapi juga menumbuhkan kecintaan dan komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan. Dengan demikian, mahasiswa Indonesia akan siap menjadi pemimpin masa depan yang memiliki wawasan global namun tetap berjiwa nusantara, mampu membawa Indonesia berjaya di kancah internasional tanpa kehilangan esensi ke-Indonesia-annya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun