Mohon tunggu...
Anik Kurniati
Anik Kurniati Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga

Sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Masjid Tak Ramah Perantau

12 Maret 2016   21:25 Diperbarui: 13 April 2016   11:21 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Nabawi, adalah masjid yang dibangun Rasulullah setelah Masjid Quba. Masjid yang terletak di Madinah ini memiliki banyak fungsi sejak awal dibangunnya. Bukan hanya untuk sholat, masjid ini juga berfungsi sebagai sekolah untuk umat muslim, musyawarah dan menjalankan roda pemerintahan, bahkan sebagai tempat tinggal orang-orang Muhajirin yang miskin. Saat itu, orang-orang Muhajirin yang datang (hijrah) ke Madinah tanpa memiliki harta, kerabat dan masih bujang (belum berkeluarga) tinggal di Masjid Nabawi.

Rasulullah sendiri turun tangan langsung dalam membangun Masjid Nabawi. Untuk kisah lengkapnya ada di Buku Sirah Nabawiyah atau Anda bisa mencarinya di google.

Sungguh, Rasulullah adalah benar-benar teladan dan seorang yang berfikir jangka panjang. Bagaimana tidak, sejak dulu beliau telah mengajarkan tentang fungsi masjid dengan sangat detil.

Barangkali beberapa belum tahu kisah ini, hingga akhirnya di beberapa masjid ditulis atau diberi papan dengan tulisan ‘DILARANG TIDUR DI MASJID’. Saya tahu maksudnya baik, agar tempat ibadah kita suci dan bersih.

[caption caption="Dilarang Tidur di Masjid dari http://tita-titut-aristadevi.blogspot.co.id/"][/caption]Saya jadi ingat sewaktu adik saya harus berangkat ke Manado beberapa tahun lalu. Tidak ada saudara disana, tapi kami memiliki keyakinan bahwa kalau malam itu belum mendapat tempat kos -gampang- tidur aja di masjid. Ada banyak perantau berfikir demikian-termasuk saya dan adik saya.

Sampai saat ini, kami masih berpikir bahwa-masjid adalah rumah bagi semua orang-terutama orang dengan uang pas-pas-an seperti kami. Sungguh kami hanya ingin singgah sebentar. Hati kami sangat terluka kalau masjid juga menolak kami untuk singgah dan tidur sebentar.

Lalu, pada hari yang lain-saat kami tiba di Jakarta pukul 03.00 dini hari kami menemukan Masjid dengan gerbang yang masih terkunci. Kami menunggu waktu sholat subuh untuk dapat masuk. Itu adalah masjid terdekat dengan tempat yang kami tuju. Yang membuat hati saya terluka lagi adalah-sebuah kertas di bawah kipas angin dengan tulisan‘DILARANG TIDUR DI MASJID! APALAGI TIDUR PAKAI KIPAS ANGIN!’.

Tulisan ini bentuk janji saya untuk adik saya yang merupakan seorang perantau, mohon maaf apabila ada pihak yang tersinggung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun