Mohon tunggu...
Ani Khikma
Ani Khikma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tasyakkur Pendatang Dosa

12 April 2018   19:25 Diperbarui: 23 April 2018   11:19 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tasyakkur  yang  mendatangkan  dosa

Syukuran atau tasyakur sering kali dilakukan oleh masyarakat Indonesia, lebih-lebih masyarakat kawasan Jawa dan sekitarnya. Tetapi alangkah lebih indah jika kita ,engetahui hakikat dari syukur dan mensyukuri. Syukuran dapat digolongkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu syukur hati, syukur lisan dan syukur perbuatan. 

  1. Syukur  hati ini merupakan rasa syukur yang ditunjukan untuk pengagungan atau mengagungkan Tuhan yang Maha Esa.
  2. Syukur  lisan merupakan syukur yg dilakukan dengan ucapan hamdalah. Lafadz hamdalah "alhamdulillah". Seyogyanya lafad alhamdulillah ini dapat diucapkan ketika seseorang mendapatkan nikmat bagi dirinya dan juga nikmat bagi orang lain. Ketika nikmat itu hanya diberikan kepada diri sendiri, cukuplah mengucap syukur atau syukron.
  3. Syukur  perbuatan yang biasa dilakukan dengan cara shodaqoh atau membagi sesuatu dengan yang lain.

Ketiga kategori diatas pastinya pernah dilakukan oleh setiap manusia. Akan tetapi berhati-hatilah ketika bentuk syukur yang semula ingin kita lakukan dalam bentuk rasa senang karena nikmat yang diberikan oleh Tuhan berujung menjadi laknat dan dosa. Apa saja bentuk syukur yang menjadikan dosa tersebut? 

  1. Syukur untuk hal buruk. Dalam kitab Tafsir Fadzur Rohman karya Kyai Sholeh darat menyatakan " melarang siapapun mengucaPkan  bismillah dan alhamdulillah dalam konteks maksiat, seperti mengawali mencuri dengan bismillah. Selesai memperkosa mengucapkan alhamdulillah dan sebagainya. Karena semua itu tergolong pelecehan ayat Alqur'an.
  2. Mengucapkan Alhamdulillah hanya untuk kenikmatan diri sendiri. Syaikh Sari Assaqoti salah satu ulama'Islam pernah mendapati pasar yang terbakar habis. Salah satu dari kios pasar tersebut merupakan kios kepunyaannya. Ketika beliau melihat kondisi kios, ternyata kios kepunyaannya masih utuh dan tidak terbakar. Kemudian Syaikh Sari Assaqoti mengucapkan  alhamdulillah. Sadar dengan ucapannya, beliau langsung beristigfar dan bertaubat selama 30 Tahun tanpa berhenti. Hal ini terjadi karena beliau sadar tidak memiliki sensitifitas kepada sesama, mengucap syukur diatas penderitaan sesama.

Syukur perbuatan yang berlebihan dan mendatangkan madhorot. Tak jarang kita sering melihat  bentuk syukuran. Dari tasyakkur pernikahan, kenaikan jabatan atau sekedar makan-makan dengan sanak saudara. Akan tetapi jangan salah, syukur itu boleh ketika tidak ada unsur-usur buruk di dalamnya. Seperti tasyakkur karena ingin memperlihatkan harta yang dimiliki, kemewahan yg diraih, syukkur karena ingin dipuji dan sifat buruk lainnya. Lebih-lebih melakukan tasyakkur dengan barang yang tidak dihalalkan oleh agama Islam, seperti tasyakkur dengan minum alkohol, makan makanal haram dan juga tasyakkur dengan hasil curian.

Sekian, semoga bermanfaat.

Tulisan ini diambil dari hasil pengajian kajian tafsir Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Nurul Qur'an  UNISNU JEPARA yang diisi oleh ustadz Abdul Wahab Saleem .S.os.I,.M.S.I

(ANI KHIKMAWATI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNISNU JEPARA SEMESTER VI)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun