Mohon tunggu...
Anik Prihatini
Anik Prihatini Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi. Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum. Universitas Negeri Yogyakarta *i am, what i am*

Selanjutnya

Tutup

Nature

Air Terjun Warna-Warni di Jawa Barat

11 Mei 2013   14:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:44 1623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13682578241021586074

Sekilas, gambar tersebut terlihat indah. Bagaimana tidak, gambar tersebut memperlihatkan air terjun berwarna merah muda (pink) di tengah-tengah hijuanya rumput dan pepohonan. Namun apabila dicermati, siapa yang tidak tersentuh hatinya melihat gambar tersebut. Terlebih lagi ketika mengetahui cerita dibalik gambar tersebut.

Ya, itu adalah gambar aliran sungai yang tercemar oleh limbah. Air terjun tersebut berada di tengah persawahan warga di anak sungai Cihaur di Kampung Pangkalan dan Kampung Cibacang Desa Cipeundeuy Kecamatan Padalarang Jawa Barat yang bermuara di sungai Citarum. Tidak hanya merah muda, aliran air di sungai ini selalu berganti warna menjadi merah, kuning, biru, hijau, dll. Air sungai ini berubah-ubah warna karena tercemar oleh limbah kimia cair yang berbahaya seperti Mangan (Mn), Chromium Heksvalen (Cr6+), Alkyphenol, Cadmium (Cd), Merkuri (Hg), Tembaga (Cu), dll. yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik di sekitarnya. Air sungai ini juga bersuhu tinggi akibat limbah yang mencemarinya.

Karena zat berbahaya tersebut, orang-orang yang mengunjungi lokasi air terjun berwarna ini bahkan harus mengenakan masker, kacamata, serta pakaian pelindung agar tidak terkontaminasi oleh zat-zat kimia berbahaya yang mencemari air tersebut, karena zat-zat tersebut merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau pemicu kanker pada manusia.

Yang lebih memprihatinkan lagi adalah fakta bahwa anak sungai Cihaur ini bermuara di Sungai Citarum, yang notabene merupakan sumber pengairan atau irigasi lahan pertanian di sepanjang daerah alirannya, serta menjadi sumber air utama warga Jakarta. Sekitar 80% kebutuhan air warga Jakarta bersumber dari Sungai Citarum ini.

Inilah salah satu bukti nyata dampak negatif kemajuan industri dan teknologi. Di satu sisi semakin menjamurnya pabrik atau industri yang ada membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Namun di sisi lain, keberadaan pabrik-pabrik tersebut justru akan membunuh masyarakat secara perlahan-lahan.

Hal serupa rupanya tidak hanya terjadi di sungai Citarum saja. Saya kerap menemui pabrik-pabrik yang limbahnya mencemari lingkungan, baik itu udara maupun air sungai sebagaimana yang terjadi di Citarum ini. Yang menjadi pertanyaan dalam benak saya adalah, mengapa pabrik-pabrik tersebut tetap beroperasi dan mampu bertahan bertahun-tahun walaupun pencemaran limbahnya sudah menjadi rahasia umum ?

Kita tunggu saja, apakah pemerintah setempat mampu mengatasi permasalahan ini, dan menjalankan aturan yang ada terkait masalah lingkungan dan limbah industri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun