Mohon tunggu...
Ani Haryati
Ani Haryati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesian...Simple...Bread and Travel Lover...Backpacker

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bangunnya Sang Mentari di Negeri Awan, Gunung Sikunir Dieng

19 Desember 2012   10:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:22 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara yang begitu dingin hingga menusuk tulang dan tidak sedikit anggota tubuh yang menjadi kaku karenanya. Suhu udara yang mencapai 13 derajat Celsius membuat saya dan sahabat traveling saya Rieke begitu sulit untuk membuka mata pagi itu. Akan tetapi, keinginan kuat untuk bertemu sang surya di atas awan mengalahkan rasa dingin yang menusuk. Ditambah suara berisik dari empat orang wisatawan asing yang menginap di samping kamar yang bersiap untuk melakukan pendakian demi menikmati hangatnya sinar matahari di atas Gunung Sikunir. [caption id="attachment_215162" align="aligncenter" width="640" caption="Panorama Gunung Sikunir"][/caption] Sikunir,gunung yang terletak di Dataran Tinggi Dieng ini memang kurang dikenal dibandingkan dengan gunung lainnya di Pulau Jawa seperti: Gunung Merapi, Semeru ataupun Bromo. Ketinggian yang mencapai 2350 meter dpl menjadikan tempat ini sebagai salah satu lokasi sunrise terbaik di Pulau Jawa. Perjalanan dari tempat kami menginap membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk berjalan kaki menuju kaki Gunung Sikunir. Karena waktu itu sudah pukul 04.30 maka untuk mengejar sunrise akhirnya kami pun memutuskan untuk naik motor. Tidak hanya berdua akhirnya kami ditemani oleh Pak Biyanto, sebut saja Pak Bee. Beliau adalah warga setempat yang bersedia menemani kami mendaki Gunung Sikunir. Perjalanan 8 km dengan motor yang menembus udara subuh itu begitu dingin, hingga jemari tangan pun ikut keram dibuatnya. Untuk menuju kaki gunung kita akan melewati Telaga Warna, Kawah Sikidang dan Telaga Cebong. Ketika sampai di pos pemberhentian, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Lokasi itu sangat gelap karena tidak ada penerangan lampu di kawasan tersebut. Cahaya yang membantu langkah kaki hanyalah cahaya senter, bulan dan jutaan bintang di atas langit. [caption id="attachment_215165" align="aligncenter" width="640" caption="di atas Gunung Sikunir"]

1355810210956848157
1355810210956848157
[/caption] Selama awal pendakian kami disuguhkan dengan ladang yang berisi tanaman kentang. Dimana dataran tinggi ini memang terkenal sebagai penghasil sayuran. Selepas itu jalan menanjak mulai kami lalui, diawali dengan jalan yang semaki sempit dan kontur yang menanjak. Selama pendakian dibutuhkan konsentrasi yang cukup baik, karena ketika mendaki salah satu sisi adalah jurang yang cukup dalam. Perjalanan menanjak dengan banyaknya batuan menjadikan rute ini licin ketika hujan turun. Setelah berjalan kurang lebih satu jam akirnya kami sampai di puncak gunung Sikunir. Ketika itu kami adalah pendaki pertama yang sampai disana. Tidak lama berselang datang rombongan lain yang juga ingin menikmati sunrise di gunung ini. Sesaat setelah sampai di puncak gunung jajaran awan membentang luas bagaikan lautan gumpalan gas yang berjalan dengan anggunnya. Inilah yang membuat kami seperti berada di negeri awan. [caption id="attachment_215164" align="aligncenter" width="640" caption="Mentari di Gunung Sikunir"]
13558100872118348398
13558100872118348398
[/caption] Ketika pukul 05.30 sedikit demi sedikit udara menghangat akibat pancaran sinar matahari yang terbit. Sedikit demi sedikit pula cahaya merah mulai tampak dari ufuk timur. Terus menaik dengan anggunnya menjadikan lautan awan yang tadinya berwarna kelabu menjadi jingga kemerahan. Begitu indahnya melihat sang surya terbit di atas lautan awan yang di kelilingi oleh beberapa gunung. Dari puncak ini terlihat puncak Merapi yang terlihat miring akibat letusan tahun 2010 silam. Tidak hanya itu, Sindoro, Merbabu, dan Gunung Ungaran pun nampak begitu kokoh berdiri menatap sang surya. Dada yang terasa sesak dan nafas yang terengah-engah serta rasa lelah kaki selama pendakian pun terbayar dengan menikmati bangunnya sang surya di atas negeri awan.
1355809780310925277
1355809780310925277

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun