Mohon tunggu...
Ani Haryati
Ani Haryati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Indonesian...Simple...Bread and Travel Lover...Backpacker

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kawah Sikidang, Dieng

10 Januari 2013   08:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:20 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_215510" align="aligncenter" width="640" caption="Kawah Sikidang, Dieng Wonosobo"][/caption] Seperti halnya Pegunungan Tengger, Dataran Tinggi Dieng juga merupakan dataran vulkanik yang masih aktif. Hal ini terlihat dari suburnya tanah yang menjadikan sayuran yang ditanam di wilayah ini menjadi produk unggulan. Selain itu ditandai dengan banyaknya kawah yang mengeluarkan asap dan kandungan belerang yang cukup tinggi. Salah satu kawah yang menjadi objek favorit para wisatawan domestik dan mancanegara adalah Kawah Sikidang. Untuk menuju lokasi ini kami membutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk berjalan kaki dari penginapan. Lokasi ini berdekatan dengan lokasi Komplek Candi Bima. Tak jauh dari Candi Bima plang Kawasan Kawah Sikidang ini mulai terlihat. Pada saat kami datang tempat pembelian loket pun sepi tidak ada orang serta tidak ada portal yang menghalangi jalan masuk utama. Dari pintu gerbang perjalanan tidak langsung berhenti, karena untuk mencapai kawasan kawah ini diperlukan perjalanan yang cukup jauh dan membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Baiknya akses jalan ini memudahkan wisatawan untuk menuju kawah. Selama perjalanan papan-papan peringatan mengenai adanya gas beracun terpampang di pinggir jalan. Jalan yang menanjak dan bau busuk yang mulai tercium membuat nafas sedikit terengah-engah. Ketika setengah perjalanan terlihat dengan jelas pipa-pipa besar yang memanjang melintasi kawasan ini. Pipa ini digunakan untuk menyalurkan gas panas bumi yang akan digunakan sebagai pembangkit listrik di kawasan Dataran Tinggi Dieng. Akan tetapi, kondisi pipa ini sudah memprihatinkan. Terdapat salah satu pipa yang sudah berkarat dan terdapat lubang. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika pipa-pipa ini bocor. [caption id="attachment_215511" align="aligncenter" width="640" caption="Suasana Kawah Sikidang"]

1355969290699664239
1355969290699664239
[/caption] Perjalanan yang cukup menguras energi terbayar ketika sampai di kawah ini. Ketika memasuki kawasan kawah bau busuk belerang semakin kuat tercium. Untuk itu disarankan bagi para pengunjung menggunakan pelindung seperti masker atau syal. Kesan pertama ketika melihat kawasan ini bagaikan berada di planet lain. Warna hijau yang menyejukkan mata dikala melihat gunung, pohon, dan ladang pertanian warga setempat berubah seketika menjadi hamparan tanah tandus yang mengeluarkan asap dimana-mana. Kata Sikidang menurut warga setempat berasal dari kata kidang yaitu kijang dalam bahasa Jawa. Letupan air panas dan asap sering berpindah-pindah posisi yang mengakibatkan wisatawan yang berkunjung harus berhati-hati ketika melangkah. Bahkan tidak sedikit yang melompat ketika berjalan untuk menghidari semburan air panas. Dibagian kawah terbesar terbentuk seperti cekungan yang berisi letupan air panas. Diperkirakan panasnya air ini mencapai 98 derajat Celsius. Bagian kawah ini dibatasi oleh pagar bambu yang dimaksudkan untuk keamanan dan pencegahan bagi wisatawan yang ingin mendekat ke area kawah. Batu belerang yang mengandung sufur ini diyakini memiliki beberapa manfaat. Banyak orang yang memanfaatkan batu ini sebagai obat penghilang penyakit kulit seperti panu, kurap bahkan jerawat. Jadi tidak heran jika anda akan menemukan banyak penjual batu belerang di kawasan ini. [caption id="attachment_215512" align="aligncenter" width="640" caption="Kawah Sikidang"]
13559693522095434475
13559693522095434475
[/caption]
135596942260769050
135596942260769050
Kawah Sikidang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun