Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Tidak Semua Anak Laki-laki Nakal

31 Mei 2017   10:18 Diperbarui: 19 September 2017   08:31 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak laki-laki identik dengan kata ‘’nakal’’. Yang terbesit dalam benak seseorang pertamakali jika ditanyai tentang bagaimana anak laki-laki mereka pasti menjawab nakal. Nakal dalam artian anak laki-laki lebih susah diatur dibandingkan dengan anak perempuan. Anak laki-laki juga terkesan cuek, tampak seperti tidak mendengarkan orang tuanya ketika sedang di arahkan atau di nasehati, anak laki-laki juga cenderung mengulangi kesalahan yang sama lagi. Dalam hal ini orang tua harus mulai bertindak dan berfikir tentang bagaimana cara mendidik anak terutama anak laki-laki yang tentu lebih susah dibandingkan dengan anak perempuan. Semua itu dapat terwujud dan menjadi suatu kebiasaan dalam diri anak saat anak dewasa ketika mereka diajarkan, dikenalkan dan dibiasakan dengan hal-hal yang baik dan mendidik sejak usia dini.

Anak dengan mudah menangkap apa yang diberikan oleh orang tua ketika saat masih usia dini dibandingkan dengan mengarahkannya ketika sudah dewasa. Dalam mendidik anak memanglah bukan suatu hal yang mudah, harus penuh kesabaran dan tentu dengan penuh kasih sayang, karena pada umumnya anak kecil tidak boleh di bentak ataupun diperlakukan secara kasar. Anak yang dididik dengan cara yang kasar dengan anak yang dididik dengan kasih sayang akan menjadi dua kepribadian yang sangat berbeda, karena apa yang diberikan orang tua sekarang pada anak akan menjadi karakter anak saat mereka dewasa. Ajarkan pada anak tentang kasih sayang,kebanyakan laki-laki sulit untuk menunjukkan rasa sayang dan perhatiannya. Ajarkan anak untuk tidak malu menunjukkan rasa sayang, sebab sebagai manusia kita harus saling menyayangi.

Manusia merupakan makhluk sosial, dimana tidak ada seorangpun yang bisa dan mampu hidup seorang diri. Jika kita pernah melihat orang hidup seorang diri (sebatang kara), itu bukanlah bisa dikatakan bahwa mereka mampu hidup sendirian. Karena jika mereka bisa memilih mereka akan lebih memilih untuk berkumpul bersama keluarganya, namun itu terjadi lantaran keluarganya sengaja mengasingkannya, membiarkannya seorang diri. Melihat hal yang semacam ini memang sedikit miris, bagaimana bisa manusia yang umumnya diciptakan untuk saling menyayangi tega bertindak semacam itu. Dari hal ini dapat kita jadikan cara dalam mendidik anak bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendirian. Kita pasti membutuhkan orang lain, ajarkan anak untuk berinteraksi dengan orang lain karena dari situ anak akan mudah bergaul, dan akan dapat berinteraksi dengan baik serta dapat melatih mereka untuk cakap dalam berbicara.

Bukan hanya itu saja, namun juga pantaulah perkembangan mereka saat berinteraksi. Apakah yang anak lakukan itu dalam taraf positif atau negatif, berikanlah juga dukungan untuk semua yang mereka lakukan selama itu dalam lingkup positif. Misalnya saja untuk melatih dan mengembangkan saraf sensorik dan motorik pada anak. Tidak hanya itu, berikan suntikan semangat pada diri anak saat mereka sudah nyaman pada bidang tertentu yang mereka gemari atau saat mereka sudah mulai menunjukkan bakat-bakat yang ada dalam diri mereka. Tanamkan juga jiwa sosial, rasa percaya diri serta rendah hati pada anak, karena pintar dalam hal intelektual saja tidak cukup jika tanpa di imbangi dengan kecerdasan akhlak dan hatinya.

Jika menginginkan anak yang baik seperti yang di inginkan oleh orang tua maka cara mendidiknya juga tidak mudah, tidak pula secara instan. Perlu adanya proses, dan cara mendidik yang baik adalah bukan memagari anak dengan berbagai macam aturan. Namun dengan mengajak mereka bermain atau dengan hal lain yang mereka sukai. Dengan begitu mereka akan senang, kemudian pantaulah kegiatan mereka, ikuti dan jika dalam situasi tertentu mereka melakukan suatu hal yang salah ataupun kurang baik maka secara tanggap berikanlah mereka pengetahuan bagaimana cara yang baik dan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika dalam menghadapi keadaan seperti itu. Secara tidak sadar memori anak akan menangkap dan merekam informasi yang sedang di terimanya, dengan begitu anak akan selalu mengingat semua yang dikatakan orang tua padanya. Bahkan saat mereka sedang bermain dengan teman sebayanya yang lain dan menjumpai masalah yang semacam itu anak akan dengan mudah mencari solusi sekalipun tidak dalam pantauan orang tua lagi.

Rasa nyaman itu perlu, terutama untuk anak. Sebab kenyaman yang telah diperoleh anak dalam sosok orang tua akan membuat anak tersebut mudah merindukan orang tuanya bahkan ingin menjadi pribadi seperti dirinya. Tidak hanya itu saja anak akan dengan mudah mendengarkan arahan orang tua. Orang tua merupakan contoh bagi anak, jadi sebisa mungkin tindakan yang orang tua lakukan dibatasi, terutama sikap-sikap yang tidak baik jika itu sampai dilakukan oleh anak. Misalnya seperti membuang sampah sembarangan, menguap tanpa menutup mulut ataupun hal kecil lainnya. Hal itu mungkin terlihat remeh namun di sadari atau tidak jika itu sudah menjadi kebiasaan buruk dalam diri anak maka akan sangat sulit untuk menghilangkannya.

Sebaiknya berikan contoh pada anak tentang mengapa dan bagaimana cara berperilaku dan menghormati orang lain, baik kepada yang lebih tua maupun teman sebayanya. Tidak hanya itu saja, namun ajarkan juga pada anak tentang apa itu tanggung jawab. Karena suatu hal yang menjadi pertimbangan serta pandangan orang lain terhadap sosok seorang laki-laki ketika dewasa adalah sikap tanggung jawab. Cara mendidik anak laki-laki yang salah bukan hanya menjadikan mereka sosok pria yang tak bertanggung jawab, namun juga disingkirkan oleh pergaulan (terutama oleh lawan jenis). Namun tidak perlu khawatir, hal itu bisa dicegah dengan cara seorang ibu harus mengenalkan dan menunjukkan tanggung jawab seorang ibu, misalnya seperti membuatkan sarapan, dan menemani mereka saat belajar.

Kenalkan pada anak apa dan bagaimana pentingnya sebuah keterbukaan. Dimulai dari keseharian orang tua, ceritakanlah masalah atau hal apapun pada anak. Misalnya saja saat anda akan bepergian bersama suami namun tidak bisa mengajak si anak pergi bersama kalian, bicarakan itu kepada anak dan lihat bagaimana respon anak ketika di hadapkan dengan hal semacam itu. Bukan hanya hal itu saja, tapi masalah rumah tangga yang lain juga. Semua itu diharapkan agar anak tahu dan mengerti bahwa keberadaannya dianggap dan di hargai pendapat serta keputusannya. Dengan begitu anak akan bisa memecahkan masalah sendiri, bisa terbiasa mandiri.

Saat dewasapun anak akan dapat terbuka dan tanpa ragu menceritakan masalah yang sedang mereka hadapi kepada orang tua meski masalah sensitif sekalipun mereka tidak akan lagi merasa canggung bahkan cenderung memiliki fikiran bahwa akan mengatasi masalahnya sendiri. Semua yang orang tua ajarkan kepada anak sejak dini yakinlah bahwa semua itu tidak akan pernah sia-sia. Orang tua hanya tinggal menunggu waktu untuk dapat melihat hasil dari didikan mereka selama ini. Selama itu positif maka hasilnya akan pula menjadi positif, dan begitupun sebaliknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun