Mohon tunggu...
Humaniora

Mendidik Anak Remaja

15 November 2018   21:49 Diperbarui: 15 November 2018   21:56 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak akhir menuju ke dewasa. Ada perbedaan usia remaja untuk anak perempuan dan laki-laki, usia remaja anak perempuan dari umur 12-21 tahun sedangkan untuk anak laki-laki yakni usia 13-22 tahun. dalam rentan usia tersebut terbagi atas remaja awal (usia 12-17tahun) dan remaja akhir (18-21tahun) pada anak perempuan sedangkan remaja awal (usia 13-18tahun) dan remaja akhir (usia 18-22tahun) pada anak laki-laki. Anak pada rentan usia tersebut bisa dikatakan sebagai masa mencari identitas atau jati diri, pada usia ini anak biasanya masih labil dan cenderung mudah terpengaruh oleh teman dan keadaan lingkungan sekitarnya. Itulah mengapa sekarang banyak kita temui masalah-masalah yang terkait dengan remaja, misalnya saja penggunaan barang haram yang kebanyakan penggunanya adalah anak remaja usia SMP dan SMA. 

Sasaran (target) utama para pengedar adalah anak remaja karena mereka sudah lebih dulu memahami dan mengerti bahwa karakter sebagian besar anak remaja adalah  mudah terpengaruh dengan orang lain dan juga dengan pergaulan. Anak remaja terkesan ikut-ikutan tanpa mereka mengetahui kegunaan dan dampak yang akan mereka peroleh, mereka hanya mengikuti trend yang ada saat itu. anak remaja juga cenderung akan membantah ketika orangtua melarang mereka melakukan sesuatu dan akan menolak ketika orangtua menyuruh mereka melakukan sesuatu. 

Mereka akan memberontak dan berpikir bahwa mereka sudah beranjak dewasa dan bukan anak kecil yang dengan mudah disuruh-suruh ataupun dilarang-larang. Hal semacam ini umumnya dirasakan oleh para orangtua yang memiliki anak di usia remaja, jika melihat hal semacam ini maka sebagai orangtua sebaiknya jangan terlalu mengekang dan jangan pula terlalu abai tentang perilaku maupun tindakan yang mereka lakukan. Tetap pantau mereka, atau kalau perlu jadilah seperti teman mereka yang mengerti akan perubahan perilaku mereka serta keinginan mereka sehingga anak akan mengutarakan semuanya kepada orangtua tanpa canggung. 

Berikan kenyamanan dalam rumah terlebih dahulu kepada anak agar ketika mereka jauh dari rumah pikiran mereka tetap memikirkan suasana rumah dan kehangatan yang ada di dalamnya. berikan pula kepercayaan kepada anak, yakinkan kepada anak bahwa orangtua percaya anak mereka adalah anak yang baik, yang tidak akan melakukan hal-hal negatif dan mengerti mana baik dan buruk sehingga ketika anak nantinya menghadapi kondisi yang menyimpang mereka akan berpikir bahwa ada orangtua yang senantiasa mengingatkan dan sudah memberikan kepercayaan yang besar kepadanya,lantas anak akan memikirkan ulang apakah yang dia lakukan benar atau tidak, anak juga tidak akan tega untuk menyalahgunakan kepercayaan yang telah orangtua berikan kepadanya mengingat sebelumnya orangtua sudah dengan baik mengatakan bahwa mereka memberikan kepercayaan kepada dirinya. 

Selalu komunikasikan apapun dengan anak, ajak anak untuk ikut memutuskan atau memberikan pendapat terhadap setiap pilihan yang akan mereka pilih atau yang menjadi pilihan orangtua. Sebab dengan begitu orangtua akan mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh anak sehingga nantinya dapat dicari solusi yang baik untuk menyelesaikannya, dan nantinya dalam menjalaninya anak tidak akan merasa terbebani karena keputusan yang telah diambil, misalnya dalam hal memilih sekolah ataupun tempat les yang akan dijalani anak. biarkan anak berargumen seperti yang mereka mau, dan ketika dirasa alasan anak tidak masuk akal dan tidak positif maka sebagai orangtua harus menjelaskan bahwa hal itu tidak membawa manfaat bagi mereka, jelaskan pula alasan orangtua tidak setuju dengan pilihan anak agar anak bisa mengerti dan memikirkan kembali keinginannya tersebut. Sertakan pula pengajaran bahwa setiap apa yang dipilih anak merupakan tanggungjawab anak yang harus mereka terima dan hadapi konsekuensinya. Dengan begitu anak akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan memutuskan sesuatu, selain itu anak juga akan belajar bertanggungjawab dan berani mengambil resiko terhadap apa yang sudah diambilnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun