Perempuan
Sepagi ini telah diterobos kabut pekat, melewati jalan berbatu, dengan sendal butut menjadi alas kakinya yang pecah-pecah.
Lelaki kecil dalam gendongan, lelap digoyang gerak badan. Sembari menikmati air susu yang mulai kering. Abai dia akan gelisah pemilik sumbernya.
Sepuluh batang kayu di atas kepala, menyaksikan gegas langkah perempuan yang membawanya. Menawarkan dari pintu ke pintu rumah tetangga untuk ditukar satu lembar kertas bertulis Rp.20.000.
9 penolakan, 1 penerimaan, 1000 langkah tempuh untuk selembar kehidupan. Beban tanggungan satu nyawa dalam dekapan, tersebab belahan nyawanya berpulang.
Aku malu padamu duhai perempuan dengan beban di kepala. Senyum ramah selalu tersungging, menyapa tiap mata yang menyaksikan. Seolah beban kepalamu ringan dalam timbangan.
Padahal kutahu, terkadang satu ikat kayu itu harus kembali bersamamu tanpa ganti apa-apa. Tak ada keluh apalagi ikut demo bersama buruh-buruh.
Penerimaan atas tulisan Tuhan, mengenyangkan perutnya walau lapar. Air hujan menyuburkan dedaunan di pekarangan. Dia masak dengan kayu bakar. Cukup menjadi pelipur untuknya agar air susu tetap mengalir demi sesosok titipan.
Anis Hidayatie, Ngroto 13/10/2020