Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Seperti Tak Terpengaruh Omnibus Law, Kumpulan Sarjana NU Justru Adakan Kegiatan Ini di Tengah Marak Aksi Tolak UU Ciptaker

12 Oktober 2020   10:07 Diperbarui: 12 Oktober 2020   10:56 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muttaqin diantara stan saat wawancara (Dokpri)

Jumat sore ada keramaian saya temukan ketika tiba di kampung halaman, Pujon-Malang. Sesudah beberapa hari melakukan perjalanan antar kota. Dengan pemandangan demo di mana-mana. Menolak Undang-Undang Cipta Kerja.

Di tanah tempat saya tinggal tidak ada gerakan massa itu. Rupanya unjuk rasa hanya terkonsentrasi di kota-kota besar. Semacam ibu kota Kabupaten atau balai kota, yang banyak ditinggali mahasiswa atau buruh. Bukan di desa seperti kecamatan saya.

Ada memang keramaian dengan jumlah massa berkumpul lumayan banyak. Tapi kegiatan itu justru bertolak belakang dengan gaung gema penolakan terhadap Undang-Undang Cipta Kerja yang baru disahkan.

Padahal pencetus kegiatan ini adalah sarjana, mereka yang pernah menjadi mahasiswa, yang saya yakin dahulu juga vokalis penyuara aspirasi pro kerakyatan. Tetapi begitu menjadi "orang" gerakan-gerakan semacam demo seperti dilupakan.

Dokpri
Dokpri
 Ya, mereka adalah para sarjana NU, Nahdhatul Ulama. Yang tergabung dalam ISNU, Ikatan Sarjana NU Kecamatan Pujon. Salah satu banom, badan otonom yang dimiliki NU untuk menjadi wadah aspirasi warga nahdhiyin mengeksplorasi kemampuan dirinya.

ISNU Pujon ini mengaku belum resmi dilaunching, tetapi kegiatannya sudah menunjukkan taring. Pasar Jumat di antaranya. Sebuah kegiatan dengan ide awal ingin menumbuhkan ekonomi bagi masyarakat yang terpuruk akibat pandemi covid-19.

Konsentrasi kegiatan berada di dusun Manting, desa Tawang Sari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jatim. Bazaaar lockdown, saya menamai kegiatan itu. Mengingat hanya untuk masyarakat setempat dengan protokoler ketat. Dilaksanakan sejak 8 Jumat yang lalu. Dengan animo antusias terus menunjukkan peningkatan.

Dari yang awalnya hanya 10 stan, itupun "mekso" kata Pak Amir, tokoh NU desa setempat. Kini tercatat 68 lapak.

"Nanti kalau dagangan saya tidak laku bagaimana?"

Itu rata-rata kekhawatiran yang diucapkan peserta, seperti dikatakan Diana pada rapat evaluasi  kegiatan kemarin malam.

Memulai menjadi pengusaha itu memang tidak mudah. Harus siap mengalami resiko-resiko, gagal rugi itu biasa. Yang luar biasa adalah yang mau terus berusaha, bangkit dari kegagalan. Itu mental pengusaha.

Ini yang sedang akan ditanamkan Gaguk, ketua ISNU Pujon, juga Muttaqin, pelaksana kegiatan pasar jumat. Mengupayakan agar kegagalan bisa ditekan seminim mungkin. Share dan promo digeber sedemikian rupa hingga banyak orang tergerak datang ke lokasi, melakukan transaksi. Memindahkan uang dari saku pembeli ke penjual. Itulah target awal.

Muttaqin diantara stan saat wawancara (Dokpri)
Muttaqin diantara stan saat wawancara (Dokpri)
Sukses, lalu pelaksanaanpun menjadi sebuah rutinitas. Tiap Jumat selalu bertambah orang yang mengajukan diri menjadi peserta bazaar. Seiring dengan mulai tersosialisasikannya kegiatan di desa Tawangsari tersebut.

Membangun mental menjadi pengusaha, itu yang sedang diupayakan. Ke depan para pelaku UMKM ini akan intens mendapatkan pendampingan. Agar geliatnya tidak hanya berhenti saat basar saja tapi mampu menembus pasar yang lebih luas.

Pas moment dengan terbitnya Undang-Undang Cipta Kerja  beberapa waktu lalu. Seperti tidak mendukung penolakan terhadap Omnibus Law terutama yang berkaitan tentang pasal pekerja, tetapi justru dukungan terhadap pengusaha.

Menilik ucapan Presiden Jokowi, "Dalam undang-undang tersebut terdapat 11 klaster yang secara umum bertujuan untuk melakukan reformasi struktural dan mempercepat transformasi ekonomi," kata Jokowi, sebagaimana dilansir JPNN 3/10/2020.

Adapun klaster tersebut ialah urusan penyederhanaan perizinan; urusan persyaratan investasi; urusan ketenagakerjaan; urusan pengadaan lahan; urusan kemudahan berusaha; urusan dukungan riset dan inovasi; urusan administrasi pemerintahan; urusan pengenaan sanksi; urusan kemudahan pemberdayaan dan perlindungan UMKM; urusan investasi dan proyek pemerintah; serta urusan kawasan ekonomi.

Dari 11 klaster tersebut, saya pikir pelaksanaan kegiatan pasar Jumat sedang bersinggungan dengan klaster urusan kemudahan pemberdayaan dan perlindungan UMKM. Sebuah gerakan yang sarat dengan pembangunan ekonomi kreatif masyarakat. Pasar jumat hanyalah icon, dibalik itu gawe besar untuk memberdayakan UMKM masyarakat sedang menanti. Inilah embrio dari kemajuan ekonomi.

Kalau masyarakat kita mindsetnya sudah menjadi pengusaha, maka tidak ada lagi keinginan menjadi pekerja atau buruh yang terikat sejumlah aturan ketat. Ide inovasi akan bermunculan, imbasnya makin sedikit orang mau jadi buruh. Jumlah peminat kecil tentu menjadikan nilai buruh makin tinggi, gaji besar mengiringi.

Lalu kalau seandainya masyarakat kita jadi pengusaha semua, yang jadi buruh siapa?
Jawabannya ada pada teknologi. Robot atau semacamnya akan mengambil alih fungsi tenaga kerja. Imbasnya profesional ahli yang tenaganya tidak tergantikan robot akan mendapat gaji tinggi. Ini bagus bukan? Tenaga kerja dihargai sesuai dengan keahlian dan kompetensi.

Tidak perlu mendatangkan investor kalau masyarakat sudah mampu swasembada ekonomi. Cukup dilakukan warga pribumi. Itu yang ada dalam pikiran saya. Indonesia itu besar, jumlah penduduknya banyak. Memenuhi kebutuhan ekonomi bisa dilakukan warganya sendiri andai mumpuni.

Berlangsung hingga malam (Dokpri)
Berlangsung hingga malam (Dokpri)
Jadi, melihat apa yang dilakukan kumpulan sarjana NU Pujon yang tergabun dalam ISNU, Ikatan Sarjana NU di daerah kecil dusun Manting, desa Tawang Sari Kecamatan Pujon. Sungguh saya mengapresiasi.

 Gerakannya kecil memang, lingkup lokal saja tapi berdampak besar. Butuh dukungan dari banyak elemen, baik pemerintah maupun masyarakat.

Bila beberapa tempat di Indonesia mau melakukan hal ini. Bukan bazaarnya saja, tetapi semangat membangun ekonomi masyarakat bawahnya. Maka saya yakin angka kemiskinan di Indonesia akan mencapai zero persen.

 Hal yang sedang dituju pembangunan ekonomi kan?  Jadi, mari ikut berdayakan masyarakat sebagai pilar pembangunan ekonomi. Unjuk rasanya diganti dalam bentuk kegiatan pengadaan pasar seperti di Pujon itu saja. Bagaimana?

Anis Hidayatie, Untuk Kompasiana, 12 Oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun