"2 bulan istri saya ngamuk-ngamuk thok. Kena PHK, kerjaan saya ya  ngelus-ngelus burung saja."
Begitu pengakuan Khoiron warga desa Slambrit Kecamatan Kraton saat saya tanya awal mula memutuskan menjadi pengrajin sangkar burung.
Dari kemarahan istri, dari kesukaan saya mengelus burung setiap hari timbullah ide itu. Membuat sangkar. Sebuah pekerjaan yang tak jauh-jauh dari hobi saya terhadap burung sambil saya bisa menghasilkan uang.
"Saya memang suka bikin-bikin kerajinan mbak. Meja, kandang merpati, itu semua buatan saya." Tutur Khoiron sambil menunjukkan beberapa hasil karyanya.
Dari komunitas pecinta burung di Face book ada seorang teman menyarankan membuat sangkar. Otodidak, dia pelajari cara membuat sangkar lewat tutorial you tube. Setelah jadi Facebook pula yang menjadi media bagi Khoiron memasarkan sangkar buatannya.
Pengerjaan yang rapi, harga yang terjangkau, pengiriman yang sesegera mungkin dilakukan sesudah pesanan datang, membuat produknya laris manis di pasaran. Ini tentu saja membuatnya ekstra memutar otak agar bisa memenuhi semua pesanan.
Dipatok harga Rp.150.000 untuk semua produk dengan ongkos kirim ditanggung pemesan, Khoiron kini bisa tersenyum. Istri tidak marah marah lagi. Ada uang pemasukan untuk dapur mengepul, sesudah selama 2 bulan hanya bisa bertahan dari menjual barang-barang yang ada di rumah saja.
"Waktu kena PHK itu saya bingung mbak, semua barang di rumah seperti TV saya jual untuk makan. Hanya burung-burung saja yang tidak saya jual."
Begitu pengakuan bapak 1 anak 1 istri ini. Untuk kecintaanya pada burung sekaligus mempertimbangkan ada peluang mendapat pemasukan uang untuk istrinya, hingga kini dia terus setia menjadi perajin sangkar burung.
Pandemi covid-19 memang masih berlangsung hingga kini. Kemungkinan Khoiron dipanggil lagi untuk bekerja di perusahaan mebelnya dulu sangat kecil. Banting setir menjadi pengrajin sarang burung saja. Itu keputusan Khoiron akhirnya.
Sang istri tak keberatan, meski tidak lagi mendapat jatah mingguan sebagaimana biasa ketika Khoiron menjadi karyawan. Yang penting bagi sang istri dapur tetap mengepul, untuk makan sehari-hari dan membiayai Alfan, anaknya yang mulai masuk TK bersekolah.