Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Aku Rela Kau Mati untuk Membela Gus Dur"

2 Oktober 2020   08:47 Diperbarui: 2 Oktober 2020   09:55 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Editor Buku, Dr. Ahmad Zainul Hamdi

Seakan tak mungkin dilengserkan dengan cara "biadab" lewat skandal Buloggate atau Bruneigate yang menurut Virdika dalam bukunya Menjerat Gus Dur penuh Konspirasi. 19 tahun lalu, dengan drama terburuk di sepanjang sejarah Istana Merdeka.

Namun begitu Indonesia tetap damai. Tak ada tanda-tanda akan ada gerakan perlawanan. Padahal kami, Nahdhiyin sudah siap "berperang". Tinggal satu gerakan telunjuk saja maka gedung MPR, tempat Sidang Istimewa waktu itu akan dipenuhi barisan hijau  Nahdhatul Ulama.

 Menghadapi segala sesuatu dengan kepala dingin. Itulah Gus Dur. Mampu meredam emosi mereka yang ingin membelanya, yang bersedia pasang badan untuknya. Gus Dur memilih melakukan upaya politis, meski ujungnya gagal.

Kompas pada 1 Agustus 2001 melaporkan bahwa menjelang tengah malam pada tanggal 22 Juli 2001, Gus Dur sempat mengadakan pertemuan bersama salah seorang Wakil Sekjen PBNU Masduki Baidlawi dan tujuh ulama sepuh di Istana Negara.

NU online 23 Juli 2019 melansir, Gus Dur tak kuasa menahan air mata. Ia meminta maaf berkali-kali karena merasa tidak berterus terang kepada para ulama mengenai situasi politik yang dihadapinya.

Atas dorongan ulama dan pengurus pondok pesantren waktu itu, lewat tengah malam pada tanggal 23 Juli 2001, Gus Dur mengeluarkan dekrit presiden.

Secara garis besar dekrit itu berisi penolakan terhadap keputusan Sidang Istimewa yang akan diselenggarakan beberapa jam kemudian oleh sang ketua MPR  Amien Rais. Hingga saat ini tidak ada satu pun vonis hukum terhadap Gus Dur  baik kasus untuk Buloggate dan Bruneigate, dua kasus yang dianggap banyak orang merupakan kesalahan Gus Dur.

Gus Dur didesak mundur, dia enggan. Menurutnya apa yang dia lakukan benar. Justru DPR dan MPR-lah yang inkonstitusional. Politik di tingkat pusat tegang, namun Gus Dur bergeming untuk ikut marah.

 Justru dengan kelakar dia menanggapi desakan mundurnya, "Saya disuruh mundur? Maju saja dituntun," kata Gus Dur disambut tawa renyah kawan-kawan yang mengelilinginya.

Laporan Kompas  menyebut bahwa pada saat pelengseran itu 300.000 relawan berani mati siap berangkat ke Jakarta untuk membela Gus Dur dari upaya pelengseran oleh parlemen. Siap berjibaku membela Gus Dur.

Hasilnya, Tetap damai Indonesia,  Gus Dur"ngalah", tidak setetespun darah tertumpah. Seperti salah satu kata-katanya yang terus terngiang untuk bangsa ini. "Kita butuh Islam yang ramah, bukan Islam yang marah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun