Jujur saya sering lupa dengan kalam Allah yang dibukukan itu. Surat pendek menjadi andalan lepas subuh atau maghrib, sekedar menggugurkan kebiasaan. Jarang membuka mushaf, lalu membacanya runut. Dengan nikmat dan membaca  tartil, penuh keindahan rasa.
Ya Allah, ternyata lepas syawal tahun lalu, saya tak pernah khatam. Padahal ada waktu 11 bulan. Ini ironi, sibuk dunia lupa dengan kalam ilahi. Padahal beberapa naskah tiap hari saya lahap. Ribuan tulisan mungkin telah saya baca dalam kurun setahun ini. Sementara Qur an yang hanya terdiri lebih dari 6000 ayat terlupakan. Ampuni saya gusti.
Sehingga untuk Ramadhan kali ini hal berikutnya yang masuk dalam agenda adalah Mengkhatamkan Quran sebelum syawal. Itu target, sedangkan cara yang akan saya pilih adalah istiqomah, konsisten. Tidak langsung satu waktu baca satu juz,- - kalau bisa sih tak apa-- mengingat jumlahnya 30. Sehingga kalau satu hari satu juz pas satu bulan khatam deh.
Tetapi kan saya perempuan, ada udzur, ada halangan. Maka saya hitungnya gini. Katakanlah jumlah ayat Alquran 7000. Lalu saya niatkan membacanya sebelum dan sesudah sholat. Itu artinya sehari 10 Â kali kesempatan karena sholat itu 5 waktu. Maka bila kondisi tanpa udzur, Â dalam satu kali membaca saya mestinya membaca 23 ayat, perkiraan 4 halaman tergantung panjang pendek bacaan.
Bila dipotong masa libur yang 7 hari, didapat hitungan bolong 70 kali membaca. Sehingga saya harus menghitung dengan kompensasi itu. Hasilnya satu kali membaca mestilah 33 ayat atau 7 halaman. Sebelum shalat dan sesudah shalat. Agak banyak tetapi lumayan ringan untuk ukuran target khatam. Dibanding bila saya harus menyelesaikan sehari satu juz, dalam satu kali duduk. Itupun belum cukup mengingat ada waktu udzur tadi, kurang 7 Â juz. Banyak tu.
Tekad ini kuat, supaya ada semangat. Melantunkan ayat sebum shalat, minimal 7 halaman, begitu pula sesudahnya. Ini bulan puasa, bertepatan stay at home, waktu luang ada . Bila dibaca tartil, dengan lagu. Dinikmati syahdu, apalagi sambil mendalami maknanya insya Allah, tak kan terasa capek. Bahkan ingin terus melantunkan. Cobalah, saya rekomendasikan cara ini untuk anda. Nikmat membaca Alquran akan bisa anda dapatkan.
 Memberi apa saja yang kita punya di bulan suci sungguh akan dihitung berlipat-lipat. Tidak bulan suci saja sedekah sudah dijanjikan akan mendapat balasan  penggantian sebagaimana surat Saba ayat 39, "...dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (Q.S. Saba: 39). Apalagi ini Ramadhan.Â
Segala kebaikan ada di bulan penuh berkah ini.Tentang hal ini Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan, "Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat-lipat dibanding amalan lainnya, maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena mulianya bulan Ramadhan dan puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian dari rukun Islam, tiang penegak Islam." (Lathaif Al-Ma'arif, hlm. 271)
Saya tekankan pada kata menyegerakan karena situasi yang kita alami sekarang. Pandemi Covid-19 membuat banyak orang berada dalam kondisi butuh uluran tangan. Maka kalau kita mempunyai sesuatu untuk diberikan, segerakan. Misal yang biasa ada tradisi weweh, mengirim hantaran Ramadhan, ajukan harinya. Kalau ada dana tunaikan sekarang. Utamakan tetangga yang tak punya.
Sayapun demikian, nyicil. Saya angsur berbagi itu. Sepunya saya, tidak langsung saya berikan ke banyak orang mengingat dana yang tersedia. Mengutamakan tetangga yang paling miskin. Baru nanti kalau ada dana lagi, saya berikan kepada yang lainnya, atas nama silaturrahmi, sedekah meraih berkah bulan suci.