Berdebar kencang hati ini. Sungguh, sesuatu yang lama tak kurasakan,  sesudah putus dengan Monique. Perempuan  Belanda yang 3 tahun lalu pernah memberiku seorang anak perempuan, Xeva.
Monique, Xeva. Dua perempuan penting yang pernah hadir dalam hidupku. Saat aku masih bertugas di Belanda. Kangen pula aku pada mereka. Ah, Â andai hukum tidak rumit. Tentu aku bisa bahagia dengan mereka. Punya keluarga, anak dan istri. Â Perfect. Aku ingin punya itu semua. Tapi di Indonesia.
Ann, kini aku ingin dia yang menjadi penyempurna hidupku. Harapan besar ini telah kutulis pada permintaan tertinggi. Ketika aku sujud pada Tuhan tadi. Juga doa ibuku. Yang ingin pula menjadikan Ann mantu.
Aku lelah bertualang. Party, Â gonta ganti perempua. Aku hanya ingin pulang sesudah bekerja. Dengan seorang istri menyambut di rumah. Seperti yang berlaku di Indonesia.
"Aku sudah turun dari bus, seperti saranmu. Sekarang aku harus berjalan ke arah mana?" Satu chat dari Ann masuk.
Sadar dari lamunan. Kuambil kurk begegas menuju jalan raya. Sembari membalas chat,"Aku berjalan ke arah jalan raya sekarang."
Sesosok tubuh Ann, Â berjalan melintasi jalan raya. Â Gaun panjang, hijab merah marun, senada dengan warna bajunya. Satu tas ransel berada di punggungnya. Dengan gaya berjalan mirip orang-orang di Osaka. Â Cepat, Â sigap. She is the true journalist.
" Hai, Assalamualaikum. " Suara bening Ann menyapu telinga. "Kita ke rumahmu sekarang kan?"
Aku terpana, dia lebih indah dari yang kuduga. Sapuan bedak tipis di wajahnya sungguh manis. Raut mukanya seperti perempuan -perempuan dari timur tengah, dengan hidung mancung. Tidak putih kulitnya, kecokelatan. Dan, aku suka sekali menatap wajah itu.
Kuulurkan tangan, "I'm Ojin honey, Â welcome to my home."
" Sorry, Â Aku tidak bersalaman dengan lelaki."
Ann menepis ajakanku bersalaman. Dua tangannya dikatupkan. Sesuatu yang tak pernah ketemui. Biasanya, meskipun perempuan dia akan menyambut telapakku. Dia berbeda, aku tidak tersinggung karenannya.
" Baiklah, kita ke rumah ya. Itu rumahku yang ada pohon jambu airnya. Ibu sudah menunggu," satu telunjuk tanganku mengarah ke rumahku.