Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ojin 7, Ann Datang

6 Maret 2020   08:17 Diperbarui: 6 Maret 2020   15:14 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Ya bu, katanya begitu. Dia akan datang pagi ini."


"Syukurlah,  ibu tak sabar ingin bertemu. Sebentar,  ibu mau ke kamar mandi, bangunkan ayahmu,  biar dia bantu ibu berjalan."

Kuturuti permintaan ibu. Ayah yang tidur di ruang tamu kubangunkan. Cepat tanggap, bergegas lelaki itu membantu ibu.  Ini kenyataan yang memilukan. Mestinya aku bisa menuntun ibu, menolongnya melakukan sesuatu.  Ini malah aku hanya jadi penonton.  Useless. Perasaan itu memenuhi ruang kalbu.  Kaki ini. Ah, kapan akan pulih kembali?  

Dengan kurk aku berjalan ke dapur mengambil air putih. Juga sedikit nasi. Ya,  nasi. Makanan yang hampir tak pernah kusentuh,  tergantikan roti selama ini. Apalagi selama di Osaka,  bukan tak ada,  tetapi aku lebih suka makan roti. Nasi penyajiannya berbeda di sana. Tak ada yang di taruh bakul  seperti di Indonesia. Dengan piring sebagai tempat utama santap. Setidaknya begitu yang kutemui di beberapa warung makan di Jepang.

Donburi | Reservasi blog.spot.com
Donburi | Reservasi blog.spot.com
Beberapa jenis menu nasi yang  ditawarkan di sana tak ada yang menarikku. Bahkan Donburi -semangkuk nasi polos dengan berbagai topping- yang kata orang nikmatnya tiada dua pun tak membuatku berselera. Apalagi sushi, malas kali aku liat bentuk sajinya. Seperti lontong,  tapi isinya nasi.

Praktis hanya roti yang kusuka. Bahkan ketika di negara lain. Sepertinya hanya roti yang familiar dengan lidahku. Dalam bentuk apapun. Mau tawar, ada rasa atau  dengan isi semua kusuka. 

Sepiring nasi, dengan lauk tempe dan tahu yang tersedia di meja makan kulahap habis.  Nikmat sekali rasanya. Masakan Ana,  istri Ebit yang juga tinggal di rumah ibu. Enak juga makan nasi dengan menu khas rumahku ini.

Harus minum obat,  itu yang membuatku harus makan sepagi ini.  Aku tak mau sakit mendera hanya karena terlambat minum obat. Apalagi sebentar lagi Ann datang. Aku mau terlihat baik-baik saja. Tak ingin dia melihatku meringis kesakitan.

Usai acara makan dan minum obat.  Ann kuhubungi, tidak berani menelpon. Takut dia di perjalanan.  Kuchat saja.


" Ann,  aku menunggumu honey."


" Aku masih di Kereta Api, semoga jam 7 nanti sudah sampai  stasiun Bangil. Sesudah itu naik bus. Langsung turun di jalan arah rumahmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun