Pada lembaran gelap yang paling hening
Wajahmu memantulkan tatap sembap
Titipan amanah itu belum jua tersampaikan
Masih merupa upaya - upaya
Belum purna pada tujuan semula
Kerikil kerikil tajam memenuhi alas kaki
Ngilunya bukan kepalang
Nyerinya sampai ke ujung paling lembayung
Sakit sungguh
Sesungguh aku ingin mengatasi kesakitan ini
Kucoba merdeka dari reranting yang kita pilin dahulu
Tidak bisa !
Tetap pesanmu saja yang termaktub di kepala
Agar dia mampu tegak dahulu
Agar dia bebas dari belenggu kerepotan dunia
Merintih, Â tertatih, bangun ketika subuh
Berburu cubitan mentari pagi
Menantang garang siang
Menekuri senja
Menggumuli air mata gulita meski purnama
Kuajukan pohon pinta untuk mereka
Yang karenanya ronamu bermurung durja
Tersebab tak bisa sampai saksikan indah berujud nyata
Kulakukan ini untukmu kekasih
Mereka akan jadi punggawa dunia
Itu janjiku !
Janji belahan nyawa yang dipasung rindu tak terkira
Dengan segenggam asa
"Jangan ambil nyawa ini sebelum dua bukti cinta kami mampu ambil alih kendali."
Sumpil, Â 20/01/2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI