Lepas dzuhur,  perjalanan dari Lombok Utara ke Mataram gugusan pantai membentang. Menggoda pandangan untuk sekedar turun ke jalan.  Berfoto ria atau makan kudapan sambil menikmati sajian alam. Pun  ingin pula ikut ambil bagian dari suguhan air di pantai itu. Mandi,  sesuatu yang tak berani saya lakukan di pantai  manapun selain hanya duduk di pasir, membuat berbagai bentuk dari pasirnya lalu berfoto foto. Â
Saya lakukan itu tenyata.  Mulanya hanya membebaskan kaki untuk merasakan  pasir.  Lalu memberanikan diri menyentuh air. Dan,  byur, gulungan ombak membuat semua itu terjadi.  Saya mandi di pantai nipah.  Dengan kesegaran luar biasa.  Cuaca gerah namun tak terlalu terik membuat  saya ingin menceburkan diri. Bermain air, dengan sekujur badan tenggelam. Seru,  saya suka sangat itu. Â
Ini semua bisa terjadi akibat ulah driver Anwar . Dia menghentikan mobil yang kami kendarai di pantai yang bernama Nipah, Lombok Utara. Promosinya, makan siang dengan seafood di tempat itu paling murah dan nikmat. Â Saya manut saja, Â secara tak mengenal daerah ini sebelumnya.
Salah satu perahu yang tertambat  di pantai menarik untuk didatangi. Menemukan tempat untuk  mengambil foto tanpa backlight awalnya,  tapi  jadi suka.  Berlama lama duduk di perahu itu.  Seperti berlayar betulan.  Hempasan ombak menari membuat perahu bergoyang.  Itu yang membuat rasa berlayar menimpa perasaan. Seru
Mandi dengan baju lengkap plus hijab asyik juga.  Takut rok terangkat, saya hati hati berenang,  pelan saja.  Mengikuti irama ombak,  sambil berpegangan pada bilah kayu yang menjadi bagian dari perahu.  Difoto oleh Lee,  dalam berbagai gaya.  Ahay tiba tiba saya merasa seperti  foto model betulan yang sedang melakukan  pemotretan. Â
Kalau perempuan  model itu biasanya memakai  bikini,  saya kebalikan.  Dengan hijab dan kain tenun pemberian dari mbak Leya Cattleya kala bertandang ke Sembalun saya berpose.  Pertama kalinya mengenakan selendang untuk dipakai hiasan hijab.  Berasa eksotis dan seksi.Â
 Merah menyala,  warna yang jarang saya pakai.  Biasaya hitam atau biru gelap. Â
Ternyata dengan merah,  meski kulit saya gelap tak masalah  pula.  Padahal dulu ketika saya memakai warna merah olokan bertubi. "Kulit hitam kok pakai merah,  gak pantes tuh."
Tak ada yang kenal dengan saya,  ditunjang  suasana pantai yang sepi, saya memberanikan diri mengenakan warna itu.  Untuk ikat kepala, berganti mengikat pinggang.  "Mumpung di tempat orang", pikir saya.
 Mereka,  beberapa pengunjung  dan warung penjual makanan minuman pasti sudah tak asing dengan polah turis yang bermacam macam.  Termasuk  yang saya lakukan.  Selain fashion tak lazim menurut saya. Tingkah  berlarian,  tiduran di pasir,  mandi di pantai tentu familiar dengan mereka.  Terbukti  saya percaya diri,  tak merasa ada sorot mata memperhatikan. Â
 Amazing,  first time in my life, I feel like that.  So,  pengen tahu rasanya juga?  Coba deh.  Mumpung liburan,  kalau ada jadwal ke pantai mandilah.  Tak perlu copot- copot baju.  Yang penting bawa baju ganti saja.  Lalu foto,  seru. Mau? Coba deh
Anis Hidayatie, Pujon, 2/1/2020