Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ning Evi, Inspirasi Ringan Berbagi

2 November 2019   12:12 Diperbarui: 2 November 2019   12:24 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ning Evi Ghozaly (Dokpri)

Kehilangan, itu adalah episode paling menyesakkan bagi tiap manusia yang terlibat saling menyayangi dengan manusia lainnya. Tak ada yang gempita mendapatkan peristiwa itu, apalagi bila berhubungan dengan orang yang dicintainya. Kematian, selalu menyisakan duka mendalam. Air mata menjadi peneman setia, kenangan makin menyeruakkan sedih karena ditinggalkan.

Itulah yang saya rasakan beberapa masa silam, saat belahan nyawa berpulang. Sendiri, sunyi, menjadi rasa yang terus menggayuti. Mampu mengubah kepribadian, dari yang biasa ceria jadi pendiam, dari yang awalnya sumber keramaian menjadi penonton saja atas kegaduhan di hadapan. Layu, tak ada semangat meniti hari apalagi menatap masa depan.

Anis Hidayatie (doc.pri )
Anis Hidayatie (doc.pri )
Hingga datang kawan, yang mengingatkan bahwa saya masih punya sesuatu untuk diperjuangkan. Buah hati, serta pemilik rahim dia yang telah berpulang. Untuknya saya harus berjuang. Melupakan kepentingan pribadi yang tak lagi ingin hidup ini.  Membangkitkan dari keterpurukan. Mulai menata langkah untuk mereka yang harus hidup dalam kehidupan.

Pelukan kawan, gandengan tangan, bisikan semangat berjuang, terus memompa jalan hidup saya kemudian. Tidak bisa saya hidup sendiri. Berbaur dengan orang lain membuat hidup saya jadi berarti. Maka ketika datang kawan bertandang, itu adalah anugerah indah Tuhan yang membuat saya bisa tersenyum lagi, berbuat sesuatu untuk kehidupan. Satu hal yang kadang disepelekan orang.

Untuk itu, saya sangat menghargai mereka yang datang pada saat musibah menerpa. Tradisi berkunjung pada yang tertimpa musibah ternyata besar sekali manfaatnya. Inilah satu pelajaran lagi yang saya catat dari kebiasaan masyarakat kita. Perlu dilestarikan, menumbuhkan empati, membangkitkan kembali gairah hidup yang mulai redup. Satu energi untuk mereka yang merasakan episode kehilangan.

Kehangatan itu saya ingin rasakan terus, komunikasi dengan mereka yang telah bersusah menyapa saat saya duka tak ingin berlalu begitu saja. Maka intens saya jalin interaksi. Termasuk nge grup lagi. Berkomunitas. Dengan siapa saja, yang mau mengajak saya bergabung. Syukurlah, komunitas yang saya miliki tak ada yang tak berguna. Kawan lama, kawan baru, keluarga. Mereka adalah inspirasi menjalani hidup ini.

Nasehat, petuah sering saya dapat dari mereka, untuk saya berbinar menatap masa depan. Antara lain menulis lagi, sesuatu yang lebih 20 tahun tak terjamah. Berorganisasi lagi, lewat komunitas, hal lain yang dulu saya aktif, namun berkurang seiring kesibukan dan rutinitas menjalani hidup berpasangan.

Anis Hidayatie (doc.pri )
Anis Hidayatie (doc.pri )
Untuk hal ini, satu nama telah memberi warna tersendiri dalam catatan kehidupan saya. Sahabat lama, orang besar bagi saya, putri Kyai Ghazali Gading Pesantren Malang, salah satu pengelola Lembaga Pendidikan Global Madani Lampung, Host TV 9, Motivator, penulis buku "Mendidik Dengan Cinta" dan segudang rekam yang melekat padanya. Ning Evi, begitu saya biasa memanggilnya.
Ketidak sengajaan ingin sekedar kopdar reuni di MTsN Malang 1 Jalan Bandung lalu membuahkan terwujudnya Komunitas Menulis Buku Malang Raya dan Sekitarnya, KomalkuRaya. Sebuah komunitas yang concern dalam kegiatan literasi. Workshop, diskusi, sharing hingga membuat buku, adalah bagian dari aktifitas komunitas.

Ning Evi tak hanya ringan berbagi pundak, berbagi nasehat, bahkan dia rela membagikan sebagian hartanya untuk komunitas. Bersedia mengajak koleganya pula untuk ikut menjadi pemateri, free. Padahal saya tahu mereka adalah orang besar. Ning Evi adalah Sponsor lahir batin untuk giat literasi yang saya bangun. Beliau juga bisa mengajak Saddat fondation untuk ikut terlibat mendanai beberapa kali kegiatan workshop kepenulisan. Meski tak pernah kenal saya, Ning Evi berhasil mendapatkan donasinya untuk kegiatan literasi Komalku Raya yang memiliki jargon Berjuang Untuk Bangsa Lewat Kata-kata.

Memberikan kenang kenangan untuk P. Samsuddin, Kepala MTsN 1 Malang. Bersama Gus Bayhaqi.
Memberikan kenang kenangan untuk P. Samsuddin, Kepala MTsN 1 Malang. Bersama Gus Bayhaqi.
Peran Ning Evi untuk langkah saya demikian besarnya, hingga tak ada kata pantas terlukis bisa saya persembahkan sebagai bukti terima kasih ini. Karena kemampuan saya adalah sedikit bisa menulis. Saya ingin inspirasi Ning Evi, yang juga kompasianers ini menular. Akan lahir Ning Evi, Ning Evi lain untuk inspirasi ringan berbagi. Maka sebuah buku yang lahir dari cinta untuk kiprahnya saya usahakan. Bertajuk "Ning Evi Ghazaly dalam Mata Cinta Kami."

Bagi saya dialah pembuka gerbang kehidupan cerita saya aktif lagi berliterasi berkomunitas, berjuang lagi untuk kehidupan. Inspirasinya untuk selalu hangat membagi pundak membuat saya tergerak. Bila orang sekelas Ning Evi, rela berbagi tanpa hitung pamrih,  mengapa saya tidak bisa mengikuti jejaknya?

Ingin ini, semoga bisa seperti Ning Evi. Dalam hal ringan berbagi manfaat. Mengusahakan datang kemanapun, untuk siapapun yang mengundang. Tak pandang siapa, asal bisa maka datang semacam kewajiban.

Maka, untuk cinta yang telah dia tebarkan dan saya rasakan. Buku adalah persembahan. Jejak keabadian adalah buku. Wujud kisah adalah buku. Dan, bila kemudian kebaikan menyertai dari sebuah buku. Itulah jariyah. Keshalihan kata kata. Yang pahalanya mengalir meski penulis berpulang. Harapan ini adalah terakhir dari semua tujuan. Salam inspirasi berbagi. Salam menulis untuk inspirasi.

Bangil, 2/11/2019
Anis Hidayatie untuk Kompasiana, Untuk buku "Ning Evi Ghazaly dalam Mata Cinta Kami"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun