3. Sampaikan informasi yang telah didapat baik secara tulis maupun lisan.
4. Pahamkan ke setiap individu agar menghargai hak cipta orang lain dengan mencantumkan sumber informasi yang sudah didapat.
Harapan besar dari gerakan kecil ini adalah bisa melahirkan generasi yang mencintai buku, mau membacanya, terlebih bisa terinspirasi mau menulis, membuat buku.
Gerakan Literasi Sekolah ini merupakan upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah baik guru, peserta didik, orang tua/wali murid, dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan sehingga membutuhkan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca bagi warga sekolah. Tak terkendali. Utamanya peserta didik, ada dorongan kepada mereka untuk berkarya, menghasilkan sebuah tulisan.
Acara sharing hari itu membuat saya banyak belajar tentang makna gerakan literasi sekolah, tentang bagaimana pelaksanaannya dan tentang persepsi pengampu mata pelajaran mengartikan GLS, Gerakan Literasi Sekolah.
 Guru-guru dalam berbagai mata pelajaran itu memberi saya pengetahuan baru hal-hal yang bisa dilakukan  dalam menerapkan GLS, sesuai dengan bidang studi masing masing. Sehingga untuk mereka saya tawarkan membuat tulisan, artikel, esai atau opini, terkait bidang studi mereka. Ide apa yang mereka punya, apa saja yang bisa guru-guru itu lakukan untuk menyikapi 15 menit  gerakan literasi. Bisa menyertakan pula contoh kegiatan literasi apa saja yang pernah dilakukan pada waktu tersebut. Dikumpulkan, didokumentasikan, dibukukan.
Ya, dibukukan dengan tema Penerapan GLS, Gerakan Literasi Sekolah dalam Mata Pelajaran Saya. Supaya bisa menjadi referensi bagi pendidik lain untuk melakukan hal serupa. Agar terlihat, bisa diambil satu kesimpulan bahwa guru-guru mampu menerapkan GLS, kondisional sesuai dengan kebutuhan mereka.
Jadi, dimanapun, kapanpun, dalam keadaan bagaimanapun, literasi bisa dilakukan dengan menyenangkan, bukan merupakan beban. Inilah satu hal yang ingin saya sampaikan terkait pelaksanaan GLS ini. Menyenangkan, bukan beban pembelajaran. Bukankah demikian? Salam literasim
*****
Teriring terimakasih kepada Bu Enny Wahyuni, inspirasi lahirnya tulisan ini
Malang, 7 September 2019
 KA dari Malang ke Wahana Baca Pasuruan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H