Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Memeluk Rembulan

23 Juni 2019   06:20 Diperbarui: 23 Juni 2019   06:26 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gigil dingin malam tadi menumbuhkan ingin dekap dalam hangat. Untuk usap kenang yang pernah terucap, hangat itu mulai menjalari pori-pori. Tak hendak dikebiri.

Sang Pungguk tak pernah berhenti. Ia tetap mengumpulkan kertas bekas. Puisi-puisi indah tentang kasih sayang. Ia kenang ketika Bulan masih memendarkan cahayanya.Sekarang ia sebatang kara.

Berteman angin, menunggui kabut malam nan makin pekat. Sembunyi dari sinar bulan yang makin lama makin menyilaukan. Diksi yang terkumpul digenggam saja, tak berani ditunjukkan dalam terang.

Maka dia tetap jadi pungguk untuk hasrat yang digantungkan di awang. Mencintai dalam diam, merindui bersama sunyi. Karena dia yakin tanda cintanya akan sampai pula. Meski jarak memisahkan, sambil menggumamkan wirid pinta." Duhai angin bawa aku memeluk rembulan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun