Menjadikan Ramadhan berkah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Asal bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, di manapun tempat bisa kita dapatkan keberkahan itu. Awali dengan niat ibadah, yakinlah itu akan menuai berkah. Sepakat? Mari kita buat.
Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya, salah satu kegiatan luar rumah yang ingin saya lakukan di bulan Ramadhan ini adalah berbagi. Bukan harta. Namun ilmu, waktu dan tenaga, yang jumlahnya sedikit pula tapi saya punya.
Jum'at kemarin merupakan awal saya berbagi untuk dunia literasi. Workshop Jurnalistik yang diadakan di SMP Negeri 2 Ngantang menandai kehadiran saya beraktifitas untuk kepenulisan di bulan Ramadhan.
Bertempat di Laboratorium SMP Negeri Ngantang, ada sekitar 33 Â pelajar terlihat antusias mengikuti seluk beluk pembahasan tentang jurnalistik, tentang kepenulisan. Kesepakatan awal dengan peserta saya buat, bahwa nanti bila kita bisa menulis, kita niatkan untuk menjadikan tulisan atau kata-kata, sebagai alat perjuangan. Ramadhan, menjanjikan kebaikan berlipat untuk itu semua.
Beramal shaleh dengan kata-kata. Bukan menjadikan tulisan sebagai sumber malapetaka. Karena akan ada pertanggungjawaban pada tiap huruf yang kita hasilkan. Akan ada pertanyaan pada tiap jari yang kita gunakan, dan seluruh anggota tubuh yang terlibat dalam penulisan, kelak bila kita sudah tak menghuni dunia fana lagi. Karena tulisan, adalah abadi. Dia bisa berbuah pahala atau dosa sepanjang tulisan kita dibaca.
Dipandu oleh guru Agama ibu Dessy Suparni, dimoderatori oleh guru Bahasa Indonesia, Ibu Fitri acara berlangsung semarak. Tak terasa bahwa hari itu adalah puasa. Beberapa materi yang saya sampaikan terkait penulisan disimak peserta dengan hikmat. Ada interaksi tanya jawab yang membuat situasi menjadi hangat.
Karena karya mereka nantinya akan diterbitkan dalam bentuk mading, maka materi jurnalistik saya berikan menyesuaikan dengan kebutuhan konten majalah dinding yang akan ditampilkan. Jurnalistik yang menurut KBBI, Â secara bahasa (Indonesia) diartikan sebagai hal yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran dan seni kejuruan yang bersangkutan dengan pemberitaan dan persuratkabaran (KBBI).Â
Lalu menurut Wikipedia yakni kewartawanan, Â atau jurnalisme (berasal dari kata journal) mempunyai arti catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, dapat juga diartikan sebagai surat kabar. Dalam pandangan saya bisa diterapkan dalam konsep mading nanti.
Seperti surat kabar atau majalah. Beberapa rubrik disediakan untuk mengisi tulisan tulisan dalam mading tersebut. Non fiksi, berupa reportase kegiatan sekolah, opini  siswa atau guru terhadap  kehidupan sekolah juga artikel terkait sekolah dan pendidikan pada umumnya. Ada pojok fiksi juga yang memuat karya puisi dan cerpen atau cerita mini.
Sebagai rujukan mudah dalam hal memilah kategori fiksi ini saya minta teman saya, bu Dessy yang juga anggota KomalkuRaya, Komunitas Menulis Buku Malang Raya dan sekitarnya sekaligus Kompasianers untuk melihat fitur Fiksiana di Kompasiana.
Satu puisi karya bu Dessy berjudul Ayah yang pernah diposting di Kompasiana saya bacakan. Sebagai contoh bahwa kita bisa membuat puisi dengan bahasa sederhana tentang perasaan pada sesorang yang dekat dalam kehidupan kita. Lalu berturut pembahasan tentang menulis cerpen, reportase atau opini.