Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Buruh di Negeri Orang, Berharap Jadi Pengusaha Ketika Pulang

5 Mei 2019   10:02 Diperbarui: 5 Mei 2019   10:09 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Migrant  Hongkong mengikuti kelas tata busana-dokpri

Sabtu, Minggu dan tanggal merah adalah hari yang selalu ditunggu, tak hanya untuk pegawai atau anak sekolah di Indonesia. Pun bagi Buruh Migran di luar negeri, tak terkecuali di Hongkong. Tempat teman saya, Mbak Pur begitu biasa saya panggil mengais rezeki.

Bukan untuk berlibur, namun untuk menyulam masa depan. Agar sekembalinya ke Indonesia dia tak lagi menjadi buruh, tapi mandiri, menjadi pengusaha. Tidak ikut orang, tapi bekerja sesuai minatnya, sesuai keinginannya, tanpa diperintah orang lain. Menjadi  entrepreneur, begitu istilah kerennya.

Sebuah cita-cita  mulia, namun berat mewujudkannya. Saat teman lain menghabiskan waktu menghibur diri, melepas penat dengan rekreasi, jalan- jalan. Pada hari Sabtu dan Minggu dia mengambil kelas mempelajari tata busana. Tak ada waktu libur sepertinya. Namun dia menyangkal ketika saya katakan, " Waw gak ada libur dong."

"Ya liburnya abis belajar mbak. Kan pulang ke rumah majikannya jam 9 malam. Masih punya waktu sebentar buat istirahat."

Duh, malu saya. Jam 9 malam dia baru ada waktu istirahat. Saya jam 9 malam biasanya sudah melewati istirahat berjam jam, tinggal tidur saja. Waktu begitu berharga baginya, demi sesuatu yang ingin dia bawa pulang ketika waktu pulang kampung tiba.

" Pengen punya ketrampilan yang bermanfaat setelah pulang ke Indonesia. Karena aku ga pengen balik lagi ke sini. Tapi yang jadi motivasi terbesar, pengen pake baju kebaya buatan sendiri pas akad nikah."

Begitu katanya menyebut motivasinya serius mempelajari kelas menjahit di Hongkong. Sebuah tujuan yang luar biasa, membuat saya terharu. Masih gadis tapi etos kerjanya mengalahkan yang sudah berumah tangga. 

Untuk mendapatkan ketrampilan itu ada dua cara yang bisa dia peroleh. Yakni secara gratis dan berbayar. Dengan gratis dia pernah ikuti, namun pelajaran tak mudah diterima, maklum peserta banyak dengan guru hanya dua. Sedangkan yang berbayar dia bisa konsentrasi secara peserta dibatasi, pula sang guru memperhatikan betul anak didiknya,, dibimbing secara personal sampai bisa per materi.

Praktek membuat baju-dokpri
Praktek membuat baju-dokpri

Dia mengikuti kelas menjahit yang diadakan oleh MIGRANT INSTITUTE DOMPET DHUAFA HONGKONG. Satu satunya yang menyelenggarakan pendidikan keterampilan bagi para migran Indonesia. Dengan Biaya pendaftaran $700, atau sekitar 1 juta 200 ribu bila dirupiahkan per paket. Dia mengikuti 3 paket kelas  dari tingkat dasar sampai mahir. Yakni 3 paket hingga wisuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun