Lulus, dengan nilai bagus lalu melanjutkan ke jenjang lebih tinggi sesuai keinginan, tentu itu menjadi impian semua siswa. Pun orang tua yang anaknya sedang dalam penantian akan ujian. Guru demikian pula. Adalah kebahagiaan tersendiri bila anak didik mampu lulus dengan nilai bagus, apalagi bila bisa mengungguli siswa sekolah lain.
Untuk mencapai itu semua berbagai upaya dilakukan. Orang tua, terutama yang punya obsesi akan nilai tinggi anaknya bersedia melakukan apapun demi itu. Termasuk mengeluarkan biaya mahal untuk mengikutkan anaknya bimbingan belajar di luar sekolah.
Ini saya ketahui ketika saya berkunjung ke rumah saudara saya di Jakarta beberapa tahun silam. Dia mempunyai 2 anak yang masih SMP. Sama sama sedang menempuh kelas IX. Dia mengikutkan anaknya bimbingan belajar di luar sekolah yang nilainya jutaan. Sekitar 7 juta rupiah satu paket, hingga unas selesai. Tentu dengan fasilitas yang sangat memadai dan tutor yang handal.
Saya yang waktu itu sedang berkunjung ke rumahnya ditanya perihal kesiapan siswa didik saya di SMP desa. Saya katakan bahwa di sekolah saya ada bimbingan belajar, namun membayarnya tidak sampai sebegitu membelalakkan mata. Kurang dari 300 ribu rupiah untuk semester akhir menjelang kelulusan. Sekedar pengganti uang lelah dan konsumsi guru-guru yang memberikan pelajaran tambahan.
Lalu dia bertanya, bagaimana kualitas lulusannya? " Ada yang memperoleh nilai sempurna loh untuk matematika, jangan salah. Meskipun di desa, anak anak semangat mengikuti pelajaran. Pernah pula mencapai peringkat 10 besar kabupaten, bersaing dengan sekolah sekolah favorit."
Ini tentu saja mengherankannya. Dia tanya resepnya apa? Saya katakan, disiplin. Mencerna tiap materi yang telah diberikan kisi kisinya. Lalu tentu saja latihan soal dan membahas tiap soal sesuai SKL, Standar Kompetensi Lulusan. Telaten mendampingi, serta siap memecahkan tiap soal yang dihadapi. Itu biasa saja saya kira, asal siswa konsentrasi, tak ada soal sulit yang tak terpecahkan.
Membandingkan dengan kondisi anaknya yang harus mengeluarkan biaya jutaan untuk menghadapi kelulusan dia masygul. Lalu apakah perlu adanya bimbingan itu?Â
Menurut saya tetap perlu. Disamping doa orang tua tentu saja. Untuk membangun kepercayaan diri siswa saat Ujian Nasional nantinya. Dengan bekal kesiapan yang mereka punya. Siswa tak akan dihantui ketakutan, atau nervous saat mengerjakan soal. Soal biaya yang harus dikeluarkan tergantung kemampuan.
Bila memang merasa perlu mengikuti bimbingan karena guru atau pengajaran di sekolah kurang memenuhi keinginan, ya monggo saja. Saya yakin tak ada sekolah manapun yang akan melarang siswanya mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah, wong itu uangnya sendiri. Bagi guru, asal siswa siap ikut Unas itu cukup sudah. Tak kan risau bagaimana cara siswa mempersiapkannya. Apakah dia iku bimbel di luar sekolah atau di dalam sekolah. Gurupun tak akan memberikan perbedaan perlakuan pada siswa tersebut. Baik yang kaya maupun yang tak mampu, semua akan diperlakukan sama ketika memberikan pelajaran.
Namun untuk hasil. Bila yang mengeluarkan biaya mahal lebih rendah nilainya daripada yang mengeluarkan biaya mahal, janganlah mencari kambing hitam. Ada banyak faktor yang mempengaruhi, disamping kesiapan menghadapi materi, kesiapan psikologis juga diperlukan. Overconfidence, meremehkan, kadang bisa jadi bumerang. Sebaliknya pesimis juga bisa menjatuhkan.Â