Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Menanti Cinta tanpa Mantra

1 Maret 2019   15:08 Diperbarui: 1 Maret 2019   16:03 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Pixabay.com


Duhai raga yang pandangnya bisa menghunjam kedalaman jiwa. Yang rasanya bisa menyentuh palung sukma, yang geloranya mampu membakar api asmara. Adakah pesonamu masih kau tujukan untukku?

Seonggok ranting sunyi yang pura pura enggan menepi. Sebilah pedang berkilat yang ceracaunya hanya untuk tutupi tumpulnya resah disembunyi. Sebongkah batu karang yang sedang resah dihanyutkan gelombang.

Bangunan pencakarnya mulai terkalahkan lawan. Singgasana batunya pelan terkikis air cinta suci. Digilai tiap tetesnya. Hingga dirasa mulai terceruk kerinduan, tertawan. Tak lagi ada penolakan.

Bila tawarmu masih berlaku. Andai dada itu masih bidang untukku. Kan kusandarkan kepingan resah ini di bahumu. Agar pasti jadi ini. Tak perlu mantra untuk cinta. Cukup bukti saja. Dalam secangkir kopi malam nanti. Ada cinta sedang menanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun