Deret deret kursi jadi saksi. Wajah muram  temaram, tanpa senyum, hening mengiring. Tatap mata sayu kuyu, menunggu di ruang tunggu.
Harap cemas dengar suara. Tunggal memanggil nama. " Keluarga Anu harap masuk bertemu." Makin kerap panggil. Makin menggigil.
Aku menyaksikan dengan dua mata. Tak ada canda tawa. Pasrah itulah gairah. Ada hitung jari, ada do'a pinta, lupa pada dunia yang melupa. Padahal masih di situ pijaknya. Tanah peralihan gaungkan ketakutan. Pulih sungguh diharapkan. Andai ada pilihan. Tetap Tuhan sumber sandaran.
Pintu keluar sisakan cerita, tentang perginya penghuni sementara dengan ceria, atau dia berpulang ditandu keranda. Tak diperlakukan beda, semua sama. Dalam penghormatan yang nyata. Selayaknya manusia. Ketika ujian dunia menerpa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H