Ada dua bola mata akan keluar
Ada satu tatapan menakutkan
Tersimpan api amarah
Warnanya tinggal merah darah
Gemeletuk geraham
Kepal tangan menggenggam
Siap dihantamkan
Menuju sasaran pukulan
Jadi lunglai, terburai, kusut masai
Tak lagi sekuat baja
Tak jua sekeras tembaga
Napas mulai teratur, jemari jadi lentur
Adalah rona ramah musuhnya
Adalah senyum tulus merekah lawannya
Adalah ucap sejuk didambakannya
Juga usap lembut nan menyentuh gendang batin yang dirindukannya
Bila masih ada tautan hati
Ketika mesra masih  dimiliki
Biarkan cinta jadi satu satunya alasan menyelesaikan kemarahan
Dan sayang tak lagi berpenghalang