Ann kembali bersemu merah, rasa malu tak bisa lagi dia sembunyikan. Rob, tak berbeda jauh, di duta dan di dumay. Â Cenderung pendiam tapi tegas dan pandai meramu kata.Â
"Halah ..., Ann. Mana suaramu? Kangen ni, kata-katamu yang bocor en gokil abis."
"Aku harus bicara apa, bingung." Ann melepaskan pandangannya perlahan dari  tatapan lekat mata Rob.
Seorang karyawan dari bagian umum  datang dengan ketakutan. Sekilas ia melirik pada Ann.
"Maaf, Pak. Nona ini memaksa masuk kedalam tanpa saya bisa mencegahnya," jelasnya. Suara terdengar sedikit gemetar.
Rob hanya mengangguk perlahan.
"Tidak apa-apa, Ester. Lanjutkan pekerjaanmu." Wanita muda itu meninggalkan Rob dan Ann, setelah memberitahu saatnya meeting dengan klien telah tiba.
"Ann, maaf sekali, aku tinggal dulu. Apa kamu keberatan?"Â
"Tidak, silakan lanjutkan. Saya mohon pamit."
Ann terlihat semakin kikuk dan merasa bersalah. Tapi ia bahagia telah menemukan Rob dengan mata kepalanya sendiri.Â
"Bukannya tidak sopan, kamu datang tidak memberitahu terlebih dahulu," ungkap Rob merasa tak enak hati.