Langit kehitaman menggantung di atas kota dingin, Malang. Â Bayi gerimis perlahan turun di pangkuan ibu bumi. Peluh sisa siang tadi basahi pori-pori. Siang yang mencengangkan untuk lelaki jangkung itu. Wanita itu ada tepat di hadapannya.
"Rob, Â aku Ann," seru seorang wanita muda dengan senyum malu-malu.
Rob diam terpaku. Lelaki itu hanya menatap mata Ann yang kini tengah mengerjap manja. Tak menyangka, Ann pacar mayanya berani datang ke kantor.
"Benarkah kamu, Ann?" Tanya Rob, dengan nada ragu. Wanita yang ini berbeda sekali personalitinya. Tak seperti yang dia anggap. Ann yang dikenal di dunia maya begitu bawel dan menyebalkan.Â
Ann kembali tersenyum. Dadu merah, hinggap di pipi segarnya. Wanita itu lebih banyak menunduk. Tak kuasa bersitatap dengan mata teduh Rob.
Rob suka sekali dengan keindahan di depannya itu. Ada rasa menggelora saat Ann terkesan malu tapi mau. Hati Rob memang sedang terpaut pada Ann. Sebagai kaum Adam, dia berhak terlebih dahulu menyapa.
"Bicaralah, Ann. Bukankah kamu selalu mencairkan suasana kita, kamu selalu mengganggu aktivitas hari-hari. Come on, it's me. Your Rob." Â Mata Rob menatap lekat wajah wanita itu. Rasa tak percaya tapi nyata, datang mengunjungi relung hatinya.
Dihunjamkan pandangannya hanya ke bola mata wanita manis itu. Binar matanya seolah sedang bersirobok dengan bintang yang bercahaya. Ah, tak bisa dipungkiri. Mata Ann seperti dalam khayalan. Lembut namun penuh ketajaman.
Ann berpendapat, lelaki tampan menawan tak banyak yang berpetualang di Medsos. Ann menemukan Rob, secara tak sengaja. Singkat kata, mereka sesama belajar di sebuah komunitas. Kini mereka melancarkan kopi darat untuk mempererat tali asmara.
"Aku, hanya menanggapi tantangan tentang chat kita minggu kemarin, bahwa aku benar adanya, ini wajahku yang ada di Facebook dan WhatsApp. Tidak ada yang kusembunyikan." Perlahan Ann pun memberanikan diri untuk menerima tatapan syahdu Rob. Jantungnya gemetar. Keringat dingin memenuhi keningnya. Rob merasakan bahasa tubuh Ann yang gelisah. Sebuah sapu tangan dia ambil dari kantong celananya. Benda itu pun telah mengusap-usap kening dan pipi lembut wanita berdarah Arab itu.
"Kamu kok, nervous gini?" Rob tersenyum manis, ah..., Ann yang ada kini  begitu kikuk. Gemas dan menggelitik jiwa kelelakiannya.