"Ibu ini, bu guru, kita harus tawadhu', kalau salim sambil cium tangan ya," Diajarkan kebiasaan itu pada putri kecilnya. Kusediakan tissue sekedar mengusap sisa ingus bila mereka tlah berlalu.
"Baiklah, tapi harus datang tepat waktu, dan harus bersih, jangan lupa mandi dulu ya?"
"Inggeh bu, ngesto aken." Berbinar mata ibunya menatapku.
" Lajeng, mbayaripun pinten? Lalu bayarnya berapa?" Bertanya biaya pula Ponisri. Ini adalah pertanyaan kesekian kali yang selalu kudengar ketika akan mulai penerimaan santri baru.
Jawabku tetap sama. " Gratis, sudah ada yang membayarkan.
"Sinten bu?"
"Gusti Allah."Â
Sampai di situ kututup pembicaraan lanjutan.
"Sini Nun ikut ibu." Ajakku pada Ainun.
Dia mendekat, kutuntun mengikutiku, menuju kamar mandi rumah. Tempat yang mengingatkan selalu pada suamiku dulu.Â
*