Mohon tunggu...
Anies Baswedan
Anies Baswedan Mohon Tunggu... -

Urun angan? Lipat tangan? Saya pilih turun tangan :)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Bisa Berubah!

2 April 2014   04:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Izinkan saya untuk menceritakan pesat yang saya dapat dari berbagai lapis masyarakat.

Saya menemukan semangat untuk maju, luas luar biasa dari masyarakat Indonesia. Saya pernah ke Pulau Selaru di ujung Indonesia-- berhadapan dengan Darwin-- untuk menghadiri sebuah acara. Ketika acara mau dimulai, hujan besar turun. Satu orang pergi jauh untuk menyalakan diesel-- karena kalau dieselnya terlalu dekat akan mengganggu acaranya. Acara di mulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dan orang Indonesia di sana percaya bahwa Indonesia memiliki masa depan yang maju.

Dalam perjalanan 3000 KM, semua relawan yang terlibat adalah Rp 0. Mereka tak berbayar dan menjadi relawan yang sebenarnya. Mereka hadir karena percya bahwa republik ini punya harapan dan masa depan yang sering dikatakan, kita memerlukan pengurus-pengurus yang berintegritas dan bisa dipercaya. Semua percaya bahwa janji yang dulu diungkapkan pada saat merdek yang seirng saya kutip, yaitu janji yang akan kita lunasi sama-sama.

Saya memilih untuk ikut tanggung jawab. Kita memiliki peluang yang luas biasa benar. Republik ini maju bukan semata-mata karena 1-2 orang hebat. Tapi karena begitu banyaknya rakyat segala  level yang bisa bergerak bersama-sama.

Yang kita perlu lakukan adalah bekerja kreatif dan lebih keras. Inspirasi ini didapat dari Pandan Simo, yaitu sebuah pantai di DIY Yogyakarta. Ketika saya kecil tumbuh di Yogyakarta, tempat ini biasa dipakai untuk shooting jika butuh latar gurun pasir. Karena tempat itu amat gersang, kering, dan persis seperti Sahara. Dan kemarin kita ke sana bertemu dengan petani Pandan Simo, tempat yang kering berubah menjadi tempat yang subur dan hijau. Bukan karena pasirnya diganti tanah, tetapi karena mereka menggunakan pendekatan baru, teknologi baru, tidak mengubah jati dirinya-- tetap pasir. Tetapi mendapatkan kualitas yang sangat luar biasa hebat.

Kami bertemu dengan para petani di sana, Indonesia harus belajar dari cara Pandan Simo mengubah suasana yang mereka miliki. Kita Indonesia bisa berubah. Hanya membutuhkan perspektif baru bahwa lima tahun ke depan Indonesia memiliki Rp 12 ribu triliun, yang bisa digunakan bukan untuk mengokosi penyelenggara negara. Bukan untuk mengongkosi kegiatan politik. Tetapi digunakan untuk meningkatkan dan mengubah kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Rp 12 ribu triliun ini jika kita think outside the box, per tahun kalau kita mau melakukan efisiensi 5% saja, itu sama dengan 10 Triliun untuk membangun lebih dari 10 ribu puskesmas dengan fasilitas lengkap. Dan baru berani tanpa ikatan, kepentingan dengan masa lalu, republik ini akan melunasi janjinya. Dan saya berkeyakinan kita bisa bergerak bersama-sama, melihat ini bersama-sama, sebuah gerakan bersama, maka kita akan bisa meraih cita-cita yang semula kita bayangkan.

Saya akan membuat manusia menjadi fokus pembangunan dari seluruh kerja pemerintah dan bangsa Indonesia. Manusia harus kembali menjadi pusat. Sering kita berpikir seakan-akan manusia bukan menjadi pusatnya. Kalau kita ditanya seseorang "Apa kabar?" maka sering kita jawab "Alhamdulillah sehat. Keluarga baik dan anak-anak sehat". Jarang kita menjawab "Alhamdulillah rumah bagus, kamar sekian, mobil sekian". Tapi kalau bangsa ini ditanya, kita menjawab "Manusia Indonesia sehat, terdidik, punya rumah, sejahtera."

Kami, saya, bersama seluruh bangsa akan mendorong manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, sehat, terdidik, dan bisa meraih kemakmuran dalam sebuah bangsa yang adil. Karena itu sebutkan 1 semangat, 9 langkah, 4 janji kemerdekaan, dan 5 tahun untuk melunasi itu semua (1945).

Ayo kita turun tangan bersama-sama!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun