Mohon tunggu...
anie puji
anie puji Mohon Tunggu... Guru - Mengembangkan hobby menulis, berbagi informasi dan pengetahuan lewat kompasiana

Aktifitas sebagai guru, hobby menulis sejak kecil, suka menulis di media sosial juga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ratapan Ibu Tiri

3 Oktober 2022   22:11 Diperbarui: 3 Oktober 2022   22:20 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita "Ratapan Anak Tiri" memang tak asing lagi, karena sempat dibuat film layar lebar. Bahkan kisah ini juga dikemas dalam sebuah lagu; 

Betapa malang nasibku

Semenjak ditinggal ibu

Walau kini dapat ganti 

...

Dalam masyarakat umumnya memandang buruk terhadap sosok ibu tiri. Ibu tiri itu kejam, sadis, menganiaya anak tiri dan sebagainya.

Sadar akan posisi yang tak menguntungkan, sebut saja Riri sebagai ibu tiri dalam cerita "Ratapan Ibu Tiri" ini sangat berhati-hati dalam memperlakukan anak-anak tirinya. Bagaimana kisah malang Riri sang ibu tiri?

Riri seorang gadis lugu, tak kenal pacaran meski pergaulannya luas. Masa lajangnya dihabiskan untuk berbagai kegiatan kursus, kuliah, seminar, mengajar dan segudang aktifitas hingga tanpa disadari usia makin senja. Namun disaat  tak berfikit tuk berumah tangga, datang seorang duda memperkenalkan diri yang katanya dapat referensi dari temennya. Riri gemetar dan tak banyak kata alias lebih memilih diam dan menunduk.

Tak disangka tak dikira- ora nyono ora ngiro yang dikenal dengan panggilan Mr Ju benar-benar nekat menikahi Riri hanya dengan seperangkat alat sholat . Meski menanggung malu, Keluarga besar Riri yang merupakan orang terpandang di desa, berusaha keras menutupi rapat-rapat seolah tak terjadi apa-apa. Kakak-kakaknya memperlakukan Ju dengan baik demi menjaga suara miring di masyarakat. Riri mengakhiri masa lajangnya dengan berurai air mata. Malu, sedih kecewa bercampur aduk Inilah kisah ratapan ibu tiri bermula. 

Riri yang terbiasa disiplin, kerja keras, menghargai waktu hanya bisa mengurut dada melihat perilaku anak tiri yang selalu dimanjakan berlebihan oleh sang ayah. Tiap kali Riri diajak ke rumah suami, aduhhh pusing tujuh keliling melihat suasana rumah kotor tak terawat, piring kotor berserakan satu rak, pakaian kotor juga berhambur berhari-hari. Belum lagi sikap suami yang suka setor masalah tapi tak mampu menyelesaikan... hingga suatu saat Riri mengusulkan memboyong anak gadisnya kumpul bersama. Hari demi hari  sikap dan kebiasaan Gadis tak jauh beda dengan ketika tinggal bersama kakak-kakaknya di rumah mendiang ibunya, waktunya dihabiskan main hp. 

Riri sang ibu tiri tak ubahnya seperti pembantu di rumahnya sendiri. Sering kali Riri mengingatkan suami:" Yah, tolong gadis diajari mengurus dirinya sendiri, jangan segalanya ayah. Mosok sudah kelas III SMP pakaian ayah yang nyuci-nyetrika, tempat tidur ga pernah ditata, besuk kakau dah dewasa jauh dari orang tua atau ikut mertua bagaimana?!

Jawaban Ju:" Ya maklumlah bu, gadis kan ditinggal ibu. Jaga perasaan anak yang ditinggal  ibunya meninggal, jenengan ga pernah punya anak sich makanya ga bisa memahami perasaan!" 

Hadehh, lagi - lagi Riri hanya nisa mengurut dada dan menahan tangis. Aneh, lha wong sudah setahun lebih kok bilangnya masih berkabung. Lagi pula anaknya bisa ketawa-ketiwi dengan hp kok dibilang ... Sampai kapan larut dalam kewsedihan?!

Riri semakin tak kuasa membendung air mata meratapi nasibnya. Pengorbanan dan perhatian demi kebahagiaan keluarga barunya, semua tak ada artinya, sia-sia. Rupanya rumah tangganya tak bisa dipertahankan lagi. Daripada hidup menderita menumpuk dosa, lebih baik banyakin pahala; peduli dengan yatim dan dhuafa,banyakin sedekah, menebarkan kemanfaatan dimanapun berada. 

Cinta dan pengabdianku hanya untuk Allah dan Rasul SAW semata. 

Ya Allah, kemarin aku telah menggenapkan separo agamaku dengan nikah. Namun hari ini hamba tak mampu ...

Meski perceraian adalah hal yang Engkau benci, namun hamba mohon tetep cintai hamba Ya Allah. Karena hamba tak ingin jauh dariMu. Mohon bimbing hamba agar selalu dijalan lurus, jalan yang Engkau ridloi. Kuatkan hamba dalam berjuang meski rintangan slalu datang...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun