Ku buka mataku dari tidur panjangku. Terbangun dari alam mimpiku. Aku pun berdiri menuju kamar mandi dan sarapan. Makan dengan beberapa ikan kecil yang hanya di rebus. Kau tau, minyak sangat mahal untukku. Tinggal di gubuk yang sudah tidak layak di tinggali. Menimba air di sumur sebanyak 5 ember. Aku berjalan sepanjang 4 km. Untuk ke sekolah. Akupun sampai di kelas dan duduk di bangkuku. Murid – murid mengejekku dan menjauhiku. Seperti hantu yang tak diinginkan. Ya tuhan, kenapa hidupku harus seperti ini? aku benci!!! ‘’ apa lagi Takashi, murid paling menyebalkan dalam hidupku’’ batinku. Kupandangi jam dinding yang ada dikelas. ‘’ Hah !!! udah jam segitu?! 2 menit lagi pelajaran dimulai!!! ‘’ teriakku. Aku berlari ke luar kelas, kulihat dari kejauhan teman – teman sudah berbaris di lapangan olah raga. ‘’ Aiko!!! Ayo cepat! 1 menit lagi pelajaran dimulai! ‘’ teriak Karin seraya melambaikan tangannya ke arahku. Aku segera menambah tenaga dan kecepatanku agar tidak terlambat. 3 meter lagi aku sampai. Pak Hakimade sudah datang. Beliau melihat murid – murid, mengecek, apakah ada yang belum lengkap di sini. Tiba – tiba, set!!!Ada yang menarik tanganku dan akhirnya aku sampai di barisan ke 4. Aku tengok orang yang menarik tanganku, dan ternyata... Takashi !!! ‘’ kenapa, kamu menolongku ?’’ tanyaku dengan muka cemberut. ‘’ masih kesal? Jika aku tidak menarik tanganmu, kamu sudah di hukum! Aku tau kamu kesakitan. Gara – gara aku tarik, udah terima aja! Harusnya kamu berterima kasih...’’ omelnya sambil bersuara dengan pelan. Prit !!!! suara peluit yang membuat telinga orang yang mendengarnya bisa ngilu. Saking kencangnya, Jepang bisa gempa bumi disertai stunami !; hanya perasanku saja yang agak lebay. ‘’ Anak – anak, kita akan maraton keliling komplek. Pertama, komplek Fujiyama. Kedua, komplek hokoyama dan yang ketiga, komplek kogoya. Nah, sekarang cari pasangan kalian 1 orang’’ ucap pak Hakimade dengan suaranya yang lantang. Kulihat sekelilingku. Teman – teman sudah mendapatkan pasangan mereka. Sangat cepat bukan? Aku segera mengadu ke pak Hakimade. ‘’ Pak, saya tidak dapat teman... apa ada teman yang mengadu ke bapak seperti saya barang kali?’’ tanyaku dengan suara lembut. ‘’ Pak, saya tidak dapak dapat teman ! ‘’ teriak Takashi yang tiba – tiba datang. ‘’ Hah? Kapan kamu datang kesini?’’ teriakku yang kaget setengah mati. Aku dan pak Hakimade datang dan beliau berkata ‘’ iya, ada’’ kata beliau dengan singkat. Hah? Mulutku terbuka. Sesekali aku berkedip, bahkan ku cubit lenganku sendiri.
Ini mimpikan?Tanyaku dalam hati. ‘’ kalian sekelompokya..’’ senyum pak Hakimade. Aku dan Takashi saling menatap dan salin memutar bola mata. ‘’ baiklah ayo sekelompok..’’ ucapnya dengan terpaksa sambil menarik tanganku. ‘’ di setiap waktu istirahat, kita hanya istirahat 10 menit. Mengerti?’’ ucapnya ‘’iya, bawel..’’ gerutuku ‘’ apa katamu?’’ tatapnya dengan penuh kecurigaan. ‘’ enggak’’ ucapku bohong. ‘’terserah ngomong apa. Udahlah ayo kita..’’ ucapannya terpotong saat ada bunyi peluit. ‘’ PRIT !!!!!’’ ‘’ LARI !!!!!!!!!!!!!’’ teriaknya. Kami berlari dan terus berlari. Sesekali kami beristirahat. ‘’ 300 meter lagi kita sampai’’ ucapnya dengan nafas terengah – engah. ‘’ Takashi... ayo kita beristirahat.. ‘’ ucapku dengan nafas yang tidak berteratur sambil menarik lengannya. ‘’ Ta.....taka....takashi...’’ ucapku lemas. Aku merasa pusing ingin pingsan. ‘’ A....Aiko.. kamu kenapa?’’ teriak takashi yang datang ke arahku.Kemudian semua menjadi
GELAP....
Kubuka mataku dengan perlahan. ‘’ Aiko !!! kamu sudah sadarkan?’’ teriak seseorang.. siapakah dia.. kenapa menghawartikanku..? ‘’ Baguslah jika kamu sudah sadar, aku menghawartikanmu!’’ teriaknya. kubuka mataku.. siapakah dia...
‘’ Kamu.. kamu takashi..kan..? kenapa anak yang selalu mengejekku malah menghawartikanku... kenapa..?’’ tanyaku sambil meneteskan air mata. Kulihat sekelilingku, tidak ada anak yang menjengukku. Selain Takashi. ‘’ Kamu gak perlu tau Aiko. Besok temui aku ditaman sekolah saat istirahat makan siang. Tes... air matanya menetes di tanganku. Kemudian kreek... ‘’ eh.. Aiko sudah sadar. Terima kasihya Takashi, kamu sudah menjaga Aiko. Oiya.. tolong antarkan Aiko ke rumahnyaya... Takashi..’’ kata pak hakimade yang tiba – tiba datang dan kembali lagi. Kami berjalan bersama menuju rumahku. ‘’ ini rumahmu Aiko? Kenapa kamu bisa betah dirumah ini ?’’ tanya Takashi seraya mengantarku kedalam dan duduk di karpet. ‘’ Orang tuaku sudah meninggal sejak aku umur 3 tahun. Mereka meninggal karena kebakaran hebat. Aku harus mencari nafkah sendiri dan melakukan semuanya sendiri. Sepi dan sunyi. Kamu, orang yang pertama kali menginjakkan kaki disini. Orang melihatku dengan jijik. Enggak ada orang yang mau berteman denganku. Tapi, kenapa kamu khawatir padaku?’’ jelasku panjang lebar seraya bertanya. ‘’ Awalnya aku memang gak mau berteman denganmu. Sama seperti yang kamu bilang tadi. Tapi semua itu berubah saat maraton tadi. Dan kamu bercerita. Kamu pantang menyerah. Mau menghadapi tantangan hidup tanpa harus pergi dari masalah hidupmu’’ jawabnya. Kami saling berbagi cerita. Senyuman, dan air mata menghiasi wajah kami. ‘’ baiklah. Aku pulang duluya. Ya, kesekolah. Makasihya. Jangan lupa. Besok kamu harus ketaman. Dah..’’ ucapnya. Dan makin lama menghilang dari hadapanku. Senyumannya sangat hangat. Lebih hangat dari matahari. Aku segera menuju kamar dan beristirahat. Untuk menempuh hidup baru.Kukuruyuk !!!!!!! suara ayam berkokok terdengar ketelingaku. Seperti biasa. Ke sekolah. Dan harus memenuhi panggilan si Takashi. Ke taman dan bertemu dengannya.
Siangnya...
‘’ Hai takashi, kenapa kamu manggil aku?’’ sapaku sambil melambaikan tanganku. Ku lihat dirinya sedang duduk di bangku taman. Namun, ada yang aneh. Dia tersenyum dan mulai membuka mulutnya. ‘’ hai’’ jawabnya singkat. Dia berdiri, dan berjalan menuju ke arahku. Biasanya dia eggak menjawabku kalau aku menyapanya. ‘’ Aiko..’’ ucapnya pelan ‘’ maukan, kamu menjadi..’’ ucapanya. ‘’ Mau apa? Ngomong yang jelas dong.!’’ Tegur ku. ‘’ Aiko, kamu maukan jadi, sahabatku?’’ ucapnya malu. What?!! Gak salah tu anak?‘’ Takashi, kamu gak salah ngomong kan?’’ tanyaku. Dia hanya mengguk aguk dengan pipi merah di wajahnya. Aku hanya tersenyum dan.. ‘’ ya, aku mau. Sebelumnya aku gak pernah dapat sahabat. Enggak ada orang yang ,mau jadi sahabatku’’ ucapku dengan penuh kecerian. ‘’ terimakasih. Aiko..’’ jawabnya pelan. ‘’ Aiko, kalo, boleh tau.. kemarin kamu kenapa?’’ tanya nya. Raut muka ku yang awalnya gembira berubah menjadi murung.’’ Eh maaf ya, kalo, aku salah nanya itu’’ ucapnya agak merasa bersalah. ‘’ enggak kok, kamu gak salah. Aku ini... aku ini...’’ ucapku yang mulai terisak. ‘’ kenapa?’’ tanya balik. ‘’ aku punya penyakit kanker. Kanker hati.’’ Ucapku yang mulai menangis. ‘’ maaf, Aiko. Aku gak tau. Sekali lagi maaf’’ ucapnya menyesal. ‘’ gak pa – pa kok. Aku gak sedih karena kamu nanya’’ ucap ku sambil menghapus air mataku dengan tanganku. ‘’Oiya, besok kamu mau ikut aku belanja.’’ Tanyanya. Mengalihkan pembicaraan. ‘’ tapi, aku besok harus mencari ikan di pantai. Dan, aku juga menjual kerang di pantai hingga sore.’’ Ucap ku. ‘’ gak apa – apa ! nanti pas malemnya kita cari baju buat kamu dan, bermain di taman bermain!’’ ucapnya bersemangat. ‘’ baiklah.. terima kasih ya.’’ Ucapku tersedu – sedu. Hari rasanya cepat sekali berlalu. Hingga waktunya aku mencari nafkah untuk diriku sendiri. ‘’ Aiko! Kamu mau ke pantaikan ?’’ tanya Takashi yang tiba – tiba datang. ‘’ eh.. e.. iya.. kamu mau ikut?’’ tanyaku. ‘’ ayo! Tapi kita naik apa?’’ tanyanya sambil melihat sekeliling rumahku. ‘’ kita jalan kaki. Kira – kira 6 kilometer’’ ucapku agak takut dia menolak. ‘’ apa setiap hari ini kamu jalan kaki?’’ ucapnya hati – hati. ‘’ iya, kalo aku pakai uangnya buat naik angkutan umum. Aku gak bisa makan nanti’’ ucap Aiko. ‘’ ya, udah. Naik sepedaku aja.’’ Ucap takashi sambil menunjukkan arah sepedanya. ‘’ baiklah. Terima kasihya..’’ ‘’sama – sama’’. Kami berjalan dengan gembira. ‘’ aku aja yang goes..’’ kata takashi. ‘’ iya’’ kataku singkat. Di perjalanan aku sempat menanyakan banyalk hal tentangnya. ‘’ orang tuaku, kerja di luar negri. Di Prancis.’’ Ucapnya. ‘’ kamu punya kakak atau adik barang kali?’’ tanyaku ‘’ enggak, aku anak tunggal. Tapi kamu seperti saudaraku. Adikku. Adik kecil yang sangat manja’’ ucapnya sambil tertawa kecil. ‘’ kamu mau ngejek aku lagi ya?’’ omelku. ‘’ boleh, kamu pingin aku ngejek kamu lagi?’’ tanyanya bercanda. ‘’ terserah..’’ omelku ledih kesal lagi. ‘’ hahaha... ya enggak lah... aku baikkan? Senyum dong... cerah gini cemberut nanti mendungloh..’’ senyumnya. Kupandangi senyumannya. Sangat indah, penuh kecerian. Indah, seperti pelangi yang menghiasi langit yang terbentang luas. ‘’ kita sampai. Itu, tempatku berkerja’’ ucapku memperjelas. ‘’ permisi, saya Aiko. Saya mau ambil jaringnya duluya.’’ Ucapku hati – hati. Karena kalau aku keras – keras ngomongnya, nanti bosku marah. ‘’ Oiya, ini Takashi, teman saya’’ ucapku sambil menunjuk ke arah Takashi. ‘’ Oiya, target saya. Hari ini kamu harus dapat 200 ekor’’ tegasnya. Emang gak enakya, punya bos jutek.. gerutuku dalam hati. ‘’ kok kamu dapat jaringnya jelek. Kalau aku perhatiin nelayan lain jaringnya bagus?’’ bingungnya saat kami sudah di luar. ‘’ eh, jangan keras – keras !! nanti ketahuan’’ ucapku sambil memukul lengan Takashi. ‘’ AWW !!! sakit tau... ‘’ keluhnya. ‘’ iya – iya maaf.. udah.. ayo kerja..’’ ajakku sambil menarik lengan Takashi. ‘’ pelan – pelan aja dong !!!’’ keluhnya. Kami mencari ikan dengan jaring yang sudah bolong – bolong. Sesekali Takashi mengeluh ‘’ tau ah! Gak bakal dapat banyak kalo jaringnya begini!’’ keluhnya sambil berbaring di atas pasir. ‘’kata ibuku, kita gak boleh menyerah dari tantangan apapun. Hadapin aja. Sama harus bersyukur, siapa tau ini jalan yang terbaik...’’ ucapku sok alim ( tapi kata ibuku itu beneran). ‘’ baiklah, tuan putri..’’ ucapnya mengejek ‘’ awasya..’’ teriakku. Sambil berkerja kami sesekali bercanda. Sudah sore hari. Kami berhasil mendapatkan 200 ikan. Kami membawanya ketempat bosku. ‘’ hm... maaf Aiko. Kami punya keputusan lain. Kamu DIPECAT !!!’’teriak beliau sambil menunjukkan arah pintu. Aku hanya kagetmemang apa salah salahku ‘’ heh! Anda itu tidak bisa pengertian apa?’’ bantah Takashi. Akupun menarik lengannya dan keluar sambil berjalan ke tempat penjualan kerang. Takashi hanya mengomel – omel saja sepanjang perjalanan. Bawel juga ni anak.. ‘’ eh, nak Aiko. Dah tutup’’ ucap bu Saniaki. ‘’ eh iya’’ kataku. ‘’ ini...’’ ‘’takashi’’ kata sahabatku ini. ‘’ oooo’’
Kamipun berjalan menuju pinggir pantai. Duduk dan sesekali mengobrol sambil melihat indahnya matahari tenggelam. ‘’ Aiko, kamu kayaknya sedih’’ ucapnya. ‘’ sedih apanya?’’ tanyaku. ‘’ eh.. m.. kanker’’ katanya pelan. ‘’ o, udah lupain aja. Aku merasa, ini kenangan terakhirku’’ kataku sambil menceritakan feelingku. ‘’ eh, apa kamu bisa lihat hantu atau semacamnya?’’ tanyaku. ‘’ sejujurnya, iya’’ katanya. ‘’ kok gak kaget?’’ tanyanya balik. ‘’ hahaha.. emang maunya gimana?’’ tawaku. ‘’ kagetkek..’’ omelnya. ‘’ hihihi.... iya...’’ keadaan menjadi hening sementara. ‘’ nih ya aku kaget. What!!!!! Kok bisa? Gimana caranya? Duh aku takut,Oh my god’’ seruku. ‘’ gak usah lebay – lebay juga kale...’’ katanya... ‘’ hihihi... hahaha... haha.. hehe.. hi..’’ tawaku meledak. ‘’ udah yuk, pulang.’’ Ajaknya. ‘’ ayo... hihi..’’ kataku yang masih tertawa. ‘’ eits dah... udahan kek...’’ omelnya ‘’ iya...’’
Di pagi hari, aku sudah berada di sekolah. Aku berlalri keluar sekolah untuk menyambut, sahabatku. Bak!!!! Aku tertabrak seseorang. ‘’ et dah, eh bocah. Lihat dong pake mata.. jangan pake dengkul!’’ kata kakak kelas ‘’ maafka...’’ kataku. Kakak kelas itu sepertinya tidak tahan emosi. Akupun ditendang dadanya.
‘’ a!!!! A!!!! Kak.. sakit...’’ kataku. ‘’ bak’’ suara buku jatuh terdengar. ‘’bak buk’’ terlihat anak laki – laki yang melindungiku. Tapi, anak laki – laki itu juga terbaring lemah di sampingku. Darah terlihat bercucur keluah dari banyak cela luka. Tiba – tiba anak itu memegang tanganku. ‘’ Aiko....... kamu adalah anak yang memberikanku inspirasi. Aku rasa, kita akan berpisah sampai disini. Semua kenangan manis kita pasti kanaku kenang hingga aku menjemputmu di alam sana’’ rasanya, itu adalah kata terakhirnya. Aku mulai mengingat namanya, mukanya, kenangan kami selama ini. Seorang anak yang hanya awalnya mengejekku. Sekarang dia melindungiku. Senyumnya yang kas, tawanya, mukanya yang penuh kehangatan, cintanya sangat membuatku ingin selalu bermain bersamanya.
‘’ hai’’ sapaku kepada sahabatku. Takashi. Aku sekarang adalah arwah. Aku mati karena kanker. Takashi koma selama 3 hari. Namun, persahabatan kami tetap bersatu. Walau dia udah ada teman laki – laki yang agak dekat. Hanya dia yang bisa melihatku, kamu ingat. Dia bisa melihat hantu ? kenangan yang manis bukan? Pertemanan antara manusia dan arwah. You know? You are my best friend
By : Rahma Fadhila (Dhila)
Kelas 4 Salman SDIT Citra Az Zahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H