Mohon tunggu...
Jhon Alamsyah
Jhon Alamsyah Mohon Tunggu... -

Jhon Alamsyah bekerja sebagai guru di sekolah swasta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

3 Pertanyaan

23 Februari 2015   19:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:39 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

3 Pertanyaan

Hidupku bisa dibilang “Panjang”. Aku terlahir di Bumi sekitar 1 abad yang lalu. Entah kenapa aku berumur panjang. Jujur saja, sebenarnya aku ingin pulang. Mungkin kalian akan terkejut jika mendengar ini. Aku bahkan tidak tahu siapa ibuku, siapa ayahku, atau siapa yang menyayangiku. Aku tidak pernah merasa dilahirkan. Bahkan aku tidak pernah merasa hidup di Bumi ini.

Banyak orang yang bilang kalau aku ini muncul secara tiba – tiba di Bumi. Aku masih menyimpan 3 pertanyaan, yaitu: Siapa Ibuku? Siapa Ayahku? juga siapa yang menyayangiku?. Sepertinya, aku pernah mengenal sebuah wajah. Wajah wanita yang hanya kulihat sekilas. Kemudian, aku terasa seperti dibuang, dilupakan dan diabaikan. Mungkin ada satu cara untuk memastikan itu. Mesin waktu!

“Ya ampun, aku bahkan tak punya mesin waktu! Apa yang harus aku lakukan?!”. Kalau aku ingin bertanya, aku bahkan tidak pernah bicara dengan siapa pun! Aku terpaksa mencuri dari seseorang. Tapi siapa dia? Sepertinya tidak ada pilihan lain. Aku harus berjalan dan berharap sudah sampai di masa 1 abad yang lalu.

Hanya berbekal satu buah roti, kumulai perjalanan ini. Hari demi hari telah berlalu. Roti yang kubawa adalah peninggalan dari wanita yang kulihat saat baru lahir. Tak peduli itu basi atau tidak, yang penting aku bisa bertemu orangtuaku. Sudah ber kilo – kilometer aku berjalan. Di sini, aku menemukan jalan buntu. “Ini semua sia – sia!”. Ketika aku ingin bersandar di ujung jalan buntu, seperti ada sesuatu yang aneh di punggungku sedang menarikku. Inilah rasa yang aku rasakan ketika baru lahir. Tiba-tiba, ujung tembok di jalan buntu menyerap aku ke dalamnya. Aku merasa takut sekali saat itu! Ketika aku terjatuh, aku melihat sebuah wajah yang sama persis dengan wajah yang kulihat saat baru lahir. Sayangnya, aku terjatuh begitu dalam dan kulihat aku hampir menyentuh kolam api. Aku mencoba untuk keluar dari sana dengan memanjat. Namun, aku malah tersedot ke atas dan keluar dari tempat aneh ini. Aku tiba – tiba kembali ke rumah. Aneh sekali, perutku langsung terasa lapar. Kuambil bekal rotiku tadi. Di dalam roti itu terdapat kertas yang berisi :


Aku menangis setelah membaca surat ini. Aku tahu maksud Ibu. Aku harus mandiri di dunia ini. Kalau Ibu ada di sini, aku akan mengucapkan,”Aku sayang Ibu!!”

Alicia, 2016

Ditulis oleh : Nadia Zahra Kanani 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun