Kulihat Ibu hendak masuk ke kamarnya sehabis mandi. Hatiku berbunga-bunga. Begitu senangnya aku melihatnya lagi dan ingin mengabarkan kebahagiannku pada sipapapun yang ada. Ibu adalah orang yang tawadhu. Seluruh waktunya dia dedikasikan untuk anak-anaknya. Sepanjang hidupnya dia rela menderita, hidup seadanya dengan segala kemampuan dan keterbatasannya untuk menghidupi anak-anaknya. Saat ini dia adalah sosok wanita tua sangat renta dengan rambut memutih. Kulit keriput dan tubuh yang kurus. Dialah yang membuat aku hidup sampai sekarang. “ Kak.. kakak…. Ibu pulang Kak!!” seruku pada kakakku yang duduk di kursi ruang tengah yang sedang melipat baju-baju kering dari jemuran.“Iya ….iya……” jawab kakakku dengan suara tenang seperti dia sudah tahu yang kumaksud.
Aku lihat ibu dan kukatakan, “ Ibu… maafkan semua kesalahan aku dan saudara-saudara ku semua,anak-anak mu,selama ini ya ibu…..” . Itulah kata-kata yang spontan aku ucapkan kepada ibu. Karena memang itu yang sangat aku inginkan bila bertemu ibu.
Ibu tersenyum.. “ Iya.. iya…sudah…. semua kumaafkan.”
Lalu Ibu pun masuk ke kamarnya.
Tiba-tiba aku dengan segera terbangun dari tidurku malam ini. Pukul 02 dini hari. Bertepatan dengan malam ke-27 Romadhon. Tidak ada ibu disini. Tidak ada kakakku karena dia tidak tinggal disini. Di kamaritu hanya ada dipan tempat dulu ibu tidur. Segera kuambil wudhu dan sholat tahajud. Kulantunkan beribu doa untuk ibuku dan ayahku. Tuhanku sayangilah ibuku dan ayahku. Tempatkan dia di surga-Mu. Amien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H