Bila kalian diharuskan untuk memilih antara menikah atau tidak, mana yang akan kalian pilih? Pertimbangan apa yang kalian pikirkan sebelum memilih? apa arti menikah untuk kalian? apakah hanya sekedar administrasi? sebuah keharusan dalam sebuah society? Dan masih banyak lagi hal yang mungkin kalian harus tanyakan ke dalam diri kalian. Buatku menikah adalah sebuah komitmen. Komitmen itu adalah satu-satunya hal yang tidak bisa diambil orang lain bahkan dengan nyawa sekalipun. Membuktikan sebuah komitmen tidak cukup setahun 2 tahun, 10 tahun, ataupun 50 tahun. Tapi komitmen dibuktikan seumur hidup kalian selama masih bernafas.
Tentunya untuk tidak menikah, pun adalah sebuah komitmen. Menikah memang suatu pilihan yang berat, dan tidak bisa ditebak. Uang, jabatan, dan pendidikan bukanlah suatu kepastian dalam pernikahan. Melanjutkan ke jenjang pernikahan adalah sebuah misteri yang kita tidak akan pernah tahu kalau tidak dicoba terlebih dahulu. Tentunya "percobaan" itu datang dengan sebuah komitmen.
Memang aku pun setuju kalau menikah itu hanyalah sekedar administrasi. Administrasi yang harus dilakukan di sebuah organisasi yang dinamakan negara (atau agama juga jika di Indonesia). Dan akupun setuju, semua itu hanyalah selembar kertas, sebuah buku kecil, atau sebuah kartu, ataupun hanya sebuah data yang ada di server. Komitmen tidak bisa dicatatkan, tidak bisa dibuat sumpah, dan tidak terlihat. Hanya bisa dibuktikan.
Bagaimana dengan sebuah keadaan yang mengharuskan kita meninggalkan sebuah komitmen yang sudah kita tetapkan dalam sebuah hubungan dan terkhususnya pada diri sendiri? Mungkin sudah saatnya meninggalkan komitmen tersebut demi kehidupan yang lebih baik jika memang dalam sebuah pernikahan, salah satu pihak mendapatkan perlakuan yang tidak baik.
Lalu...
Kalau gitu apa gunanya komitmen? Komitmen tidak bisa ditinggalkan dengan alasan apapun. Seperti dalam kasus diataspun, jika kita harus meninggalkan sebuah hubungan demi keselamatan diri, berarti kita meninggalkan komitmen tersebut. Komitmen tidak bisa diganggu gugat dan tidak bisa dibatalkan, kecuali tindakan kita yang menyebabkan sebuah komitmen itu hilang.
Jadi apa aku terlalu meng'agungkan sebuah komitmen? Yes tentu saja. Komitmen sendiri sebenarnya ada beberapa tingkatan dan bukan merupakan tujuan hidup juga. Tinggal komitmen mana yang mau kita pegang dalam menentukan pilihan. Apalagi dalam sebuah hubungan, aku sangat percaya komitmen seorang pria itu nilainya sangat tinggi dan tidak bisa dihitung menggunakan uang. Perlu diingat pernikahan yang berbasis komitmen seperti pada pernyataanku diatas itu berbeda dengan sebuah hubungan. Dalam hubungan tidak membutuhkan komitmen, tapi membutuhkan "TRUST". Aku akan bahas tentang trust ini di lain hal lagi ya.
Jadi masih beranikah kalian berkomitmen dalam sebuah pernikahan? Yuk mari diskusi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H