Dunia kian gelap gulita
ratapi kekesalan akan kebutaan
Perdamaian selalu menjadi angan
Kejahatan yang berlindung pada kekuasaanÂ
menjadi kemunafikan yang nyata
Penindasan bukan lagi ketakutan namun kepuasan bagi iblis bengis
Konspirasi-konspirasi menyebar tipuan menarik simpati mendukung eksploitasi
Sungguh licik diktator meraung kejayaan dengan kekerasan
Bayi yang lahir bukan lagi menangis meminta susu
Namun menjerit direnggutnya masa depan
Tak ada lagi anak berlari ceria mengejar mimpi
Satu alasan mereka berlari menghindari ajal yang memaksa
Perempuan bukan lagi terkungkung patriarkiÂ
Melainkan juga mati ditindas kebengisan sang binatang
Jendela ditutup rapat-rapat
Si bengis memainkan tangan kotornya,
mencampur adukkan politik, agama, dan kepentingan untuk menopang egosentris
Oh tuan, anda menciptakan kekacauan
Tapi anda menjunjung keadilan bagi seluruh bangsa -katanya
Padahal dulu tuan melewati kejamnya kehidupan
Tapi kenapa kini tangan tuan menjadi kejam bagi mereka yang tak punya kekuasaan
Bukan hanya kekuasaan...
Tanah, rumah, bahkan nyawa mereka sendiri,
bukan lagi kepunyaan mereka
Lihatlah tuan, tidakkah kaki ini bergetar menginjak tanah berlumur darah
Bahkan untuk meminum air saja mereka ragu sudah tercampur darah saudaranya,
Lihat tuan, mereka terkurung bak hewan kandang menunggu ajal
Hanya menunggu giliran, hancur badan dilahap ledakan
Ironis sekali tuan,
Tuan terlanjur ingin menduduki singgasana Tuhan
Sang Pemilik hanya menyaksikan tuan.