"Kali ini tidak lagi Mas. Aku tidak pernah menyuruhmu memilih diantara kami. Kau milik Ibu. Aku tahu kedudukanku, dan kamu tahu bahwa aku tidak pernah menghalangi baktimu. Tapi apa yang aku dapat? Â Kau marah jika aduan mereka tentangku kau dengar. Kau kasar jika aku menolak untuk serumah dengan ibu.. Dan seluruh alasanku kau tepis seolah kamu paling kenal dengan keluargamu. Jika kamu milik Ibumu, dan Aku milikmu, aku sudah tidak menjadi milikmu lagi mulai hari ini Mas. " Semakin marah saja aku saat itu.Â
Sedih hati ini, tapi aku tidak mendapatkan perlindungan dari suamiku. Dia bisa menjambak rambutku hanya untuk membela kakaknya yang berkata aku tidak mengurus rumah dan Ibu jika berkunjung. Dia juga bisa memaki ku dengan kata-kata kasarnya jika Ibu mengadu masakanku tak enak.Â
Kali ini tidak. Kebohongannya dalam meminjam uang, tanpa sepengetahuan ku menjadi puncak aku tidak mau direndahkan lagi. Aku tidak mau mendengar Ibu dan keluarganya membenarkan bahwa aku adalah istri yang matre,karna uang pinjaman yang tidak aku ketahui. Atau sebutan bahwa aku tidak bersyukur bersuamikan dia, dan aku wanita yang tidak tahu diri.Â
Aku tahu caraku salah. Tapi 9 tahun hanya diam, aku tak kuat menahannya lagi.Â
***
Mas Rangga membawa pulang Ibu ke rumahnya. Disana Ia bertengkar hebat dengan Kakak dan Adiknya. Disini aku mengurus surat perceraianku.Â
Aku tidak tega melihat Ali, senyum polosnya dan tangan mungilnya mengusap pipiku. Dia memelukku seperti mengerti perasaanku.Â
Rencananya Mas Rangga akan pulang jika disana sudah menemukan pembantu untuk Ibu. Dia mengabariku melalui WhatssApp dan aku tidak menjawabnya.Â
Persyaratan perceraian sudah kusiapkan. Ku genggam tangan Ali dan meminta maaf padanya. Aku melangkah keluar rumah dan mencari orang yang terkenal untuk mengurusi perceraian.Â
Aku titipkan berkas yang dibutuhkan padanya. Aku hanya tersenyum walau dalam hati terluka. Aku tidak menyangka akan seperti ini.Â
Semua bayanganku dalam berumahtangga tidak seperti ini. Ini karena keegoisan ku yang tak mau serumah dengan Ibu mertua, dan tak mau mengalah pada keluarganya. Siapa yang akan tahan jika diperlakukan seperti ini.Â