Bayangan itu datang dan datang lagi. Setiap hari, kata-kata, sorot mata mereka, dan semua orang yang memandangiku dengan kedengkiannya datang dalam ingatanku ketika aku melakukan pekerjaan rumahku.Â
Aku menutup mata dan telingaku, berjongkok didepan mesin cuci yang memutar baju baju kotor.Â
"Pengen warisan", " Istri durhaka", "aku gagal menjadi suamimu", " Berapa uang yang kamu butuhkan? ", " Gak ngapa-ngapain", "kerja kok itungan".
Semua datang berputar putar dipikiranku. Akhirnya aku hentikan kegiatanku. Aku merebahkan badanku dengan nyaman.Â
" Aku tidak begitu" Itu yang keluar dari mulutku.Â
Aku tidak seperti yang difikirkan oleh mereka. Tp mereka selalu menyalahkanku. Selalu begitu.Â
Mengungkapkan apa yang mereka lakukan pada Mas Rangga hanya akan membuat masalah baru. Akhirnya aku harus diam dengan bayang-bayang sakit hatiku yang datang setiap hari.Â
***
Setelah Mas Rangga pulang aku menyiapkan  minum dan makan untuknya. Â
"Mas, kita punya uang simpanan kan, bayar hutang Mas" Kataku.Â
"Iya sayang sudah, tadi sudah ku Transfer. Kita sudah gak punya hutang ya." Katanya,sambil menyodorkan bukti transfer.Â