Mohon tunggu...
Ania Arichira
Ania Arichira Mohon Tunggu... lainnya -

writer n reader

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dilema Skripsi

15 November 2011   14:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:37 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menginjak semester tujuh, hampir setengah mahasiswa seangkatan di jurusanku disibukkan dengan yang namanya "skripsi". Ada yang bingung menentukan judul, sedang mengajukan judul, sudah mengerjakan proposal hingga ada yang sudah akan seminar pertanggungjawaban. Sepertinya angkatanku sangat semangat untuk bisa lulus 3,5 tahun. *mahasiswa teladan yang bersemangat kan..*

Dampaknya padaku. Meski aku tidak mengambil sajian skripsi semester ini, aku cukup tertular demam skripsi. aku mulai membaca banyak refrensi dan melihat fenomena untuk menemukan tema dan judul yang tepat. Tapi semangat itu sedikit kesandung krikil,  saat aku membaca beberapa skripsi kakak-kakak tingkat di perpustakaan. Kenapa????.

Hal pertama yang ku temukan adalah judul yang diangkat. Aku berpikir skripsi adalah sebuah bukti bahwa kita sudah lulus menempuh ilmu yang diajarkan dalam masing-masing konsentrasi. skripsi adalah kesimpulan dari 3,5 tahun menempuh kuliah. Tapi judul yang sering kutemukan seringnya adalah perbaikan dari penelitian yang sudah ada sebelumnya atau penelitian yang kembar siam. Misalnya, ada yang mengangkat pengaruh budaya korea di Indonesia, yang satu ambil dari komunitas pecinta korea, temannya lalu mengambil dari film korea dan yang lai mengambil dari musik korea. Hampir serupa tapi tak sama.

Sebenarnya itu sah-sah saja. Hanya aku sedikit mempertanyakan slogan yang sering ditanamkan di dunia akademik "mahasiswa adalah agen of change". Salah satunya ialah lewat penelitian akademis yang bermanfaat. Jika penelitian tugas  akhir (skripsi) HANYA didasarkan pada hobi penulis atau kemudahan untuk cepat mendapat gelar S1, lalu dimana agen of change-nya?.

Lalu, tentang manfaat skripsi itu sendiri. Pernah aku bertanya pada beberapa kakak tingkat yang sudah lulus. Apa manfaat skripsi yang sudah dibuat?. Sudah lulus S1, apa yang dilakukan dengan skripsinya?. Entah sedang kompakan atau sudah menjadi budaya. Semua menjawab, "yang penting sudah lulus, manfaat atau tidak ya gak usah susah-susah dipikirin. toh, sudah lulus".

Jawaban itu ada benarnya juga. Yang penting udah lulus. Rata-rata universitas juga tidak terlalu memikirkan kualitas tugas akhir yang memiliki manfaat bagi khalayak. yang penting kuantitasnya.

Jadi alur yang sering terjadi pada tugas akhir adalah, sibuk mencari judul, pengorbanan waktu, otak, tenaga dan materi, skripsi jadi, sidang pertanggung-jawaban, putusan kelulusan, SELESAI. Bagaimana kelanjutan nasib skripsi ya tergantung. Ada yang berakhir dengan masuk perpusatakaan universitas, ada yang jadi tumpukan koleksi dilemari, ada yang jadi alas  telepon rumah, dan yang paling parah dijadikan bungkus gorengan.

Dan aku, bagaimana denganku?.

Apa yang akan terjadi dengan skripsi yang sedang mulai ku kerjakan ini?. Aku belum tahu.

Karen aku masih dalam proses berpikir dan mengamati apa yang ada saat ini.

A.I.R

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun