Mohon tunggu...
NieNie
NieNie Mohon Tunggu... Lainnya - Sekedar Berbagi

Just ordinary and simple

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengelola Rasa Iri

13 Mei 2022   15:59 Diperbarui: 13 Mei 2022   16:08 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika perlu, buatlah daftar apa saja alasan atau yang menyebabkan kita merasa iri sebelum kita menentukan apa yang akan kita lakukan selanjutnya.

Kita perlu tahu dengan jujur, apa alasan atas perasaan iri yang kita miliki. Yah, paling tidak kalau sudah bisa berkomunikasi dengan diri sendiri, bisa membantu untuk lebih memperjelas apa yang kita inginkan, yang kita harapkan, tujuan kita dan apa pengaruh tindakan kita pada orang sekitar kita dan lingkungan kita.

Lalu kalau sudah tahu apa saja alasan yang membuat kita iri, apa yang mau kita lakukan? Apakah kita akan terus memelihara rasa iri tersebut yang bisa mengarah ke hal-hal negatif, atau apakah kita berminat untuk mengelola rasa iri tersebut menjadi hal positif?

Sebelum kita maju ke tahap action plan, kita bisa mencoba menyempatkan waktu untuk lebih mengenali kemampuan diri kita. Kita bisa mencoba mengenali kelebihan yang kita miliki dan apa yang bisa kita lakukan untuk lebih meningkatkan kelebihan kita atau memanfaatkan kelebihan kita.

Lalu kita bisa identifikasi kekurangan kita dan apa yang mau kita perbuat terhadap kekurangan kita. Apabila kita sudah mengetahui apa yang menjadi tujuan kita, kita bisa tahu seberapa besar "gap" antara apa yang sudah kita miliki dan apa yang seharusnya kita miliki untuk mencapai tujuan kita tersebut.

Namun biasanya sih di tahapan ini banyak dari kita yang malas untuk melakukannya, ha..ha.. Atau merasa tahapan ini hanya buang-buang waktu saja, tidak penting, atau bahkan tidak tahu harus mulai dari mana dan bagaimana caranya.

Sebetulnya tahapan mengenali kemampuan diri sendiri itu mudah dan bisa dilakukan setiap saat, dimana saja, dengan cara apapun. Salah satu syarat yang harus dipunyai adalah kita harus jujur dan tidak ada penolakan dari diri kita. Misalnya, kita tahu dan menyadari bahwa kita kurang baik dalam berkomunikasi.

Tapi di sisi lain kita kemudian mencari alasan pembenaran atas kekurangan kita tersebut. "Komunikasi saya tidak bagus karena saya tidak pernah mendapat pelatihan", atau "Bagaimana komunikasi saya mau bagus kalau saya tidak tinggal di lingkungan yang mendukung?".

Contoh ini adalah bentuk penolakan terhadap diri kita. Boleh saja sih untuk tahu latar belakang penyebabnya. Tapi jika ini terus menerus dilakukan, yang ada kita tidak akan berpikir dan berfokus pada solusi dan langkah untuk meningkatkan kemampuan kita. Akhirnya malah menyalahkan diri sendiri, orang sekitar dan lingkungan sekitar atas kekurangan kita, yang kemudian semakin meningkatkan rasa iri.    

Contoh lainnya, misalnya kita merasa iri akan keberhasilan rekan kerja kita karena dia mendapat promosi atau kenaikan jabatan. Kalau mau memelihara rasa iri, akhirnya toh kita akan berakhir bersama gank gosip ha..ha..

Namun kalau kita kemudian ingin menjadikan rasa iri ini menjadi positif, kita akan melihatnya sebagai "bekal" untuk memotivasi pengembangan diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun