#Catatan Perjalanan Ani Paga"
Jarum jam baru saja menunjukkan angka 4.0 PM waktu Tenggara Maluku ketika aku merebahkan tubuh di atas Kasur berselimut putih pada kamar hotelku. Kamar yang sempit hanya bisa berisi satu single bed itu memiliki ventilasi udara cukup memberikan kebebasan mengalirnya udara mengintipku kemudian keluar masuk kamar semaunya. Jendela kamar hotel memang sengaja aku buka lebar.
Dari kamar yang letaknya pada lantai 2 ini aku bisa sesuka hati mengedar pandangan lepasku pada laut Arafura yang membentang luas, menebar keindahan birunya laut yang menyatu dengan langit yang biru.
Tentu saja agak kontradiksi dengan langit Jakarta yang terlihat selalu mendung membuat penghuninya selalu galau akibat buruknya kualitas udara.
Asap kendaraan yang banyak, pembakaran sampah ditambah asap pabrik yang selalu mengepul membuat kota metropolitan terbesar di Asia Tenggara ini mendapat julukan sebagai kota terpolusi ketiga di dunia setelah Dubai Emirat Arab yang menduduki peringkat pertama serta peringkat kedua diraih kota Beijing China dengan masing-masing indeks Jakarta terpaut pada angka 23 point lebih rendah dari Dubai yang bertengger pada level terburuk dengan angka 153 serta Beijing sendiri menyumbang angka 137 sebagai kota terpolutan kedua di dunia.
Indikator Air Visual menunjukan udara Jakarta tidak sehat untuk kelompok sensitive dengan parameter polutan PM 2.5 konsentrasi 47, 5 ug/m3. Â
Nah lo.
Tidak heran kalau aku paling senang jika disuruh tugas kantor ke daerah lain di Indonesia. Â Satu kali ditawari tugas kantor 1000 kali aku menyatakan mengambil kesempatan itu.
Kembali ke laut Arafura.
