Mohon tunggu...
Ani Ramdhan
Ani Ramdhan Mohon Tunggu... lainnya -

Kalau kamu suka baca, sebaiknya cari pasangan itu yang sehobi. Yakni sama-sama suka baca. Nah, emang apa alasannya? Gak nyambung kali! Yaah, boleh di coba deh. Jika suatu ketika kalian sama-sama garing dan ngebosenin, setidaknya tidak dengan apa yang kalian baca itu. #quotengawur:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kopdar Kompasianer Hong Kong, Bersama Kompasianer Jakarta

30 Oktober 2011   16:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:16 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_140490" align="aligncenter" width="640" caption="Kompasianer Hong Kong bersama Om Julianto Simanjuntak.Saya, Om Julianto Simanjuntak,Fera,mbak Ina, Teman mbak Ina, mbak Sarwendah Rahman."][/caption]

Om Julianto Simanjuntak. Atau lebih dikenal dengan sebutan Bang JS.  Namanya sudah sangat tidak asing lagi bagi para kompasianer tentunya. Kompasianer yang menetap di Jakarta dan selalu menghiasi hari-hari  kompasiana dengan tulisan-tulisan yang sangat menginspirasi pembaca. Akhirnya mendarat juga di Hong Kong. Setelah  kedatangannya kami tunggu semenjak satu bulan yang lalu. Melalui komentar di salah satu artikel beliau, saya mendapat kabar dan  tawaran untuk mengadakan kopdar bersama  teman-teman kompasianer yang berada di Hong Kong.  Bagaimana mbak, bisa? Yaps, saya mengiyakan! Sungguh senang sekali jika beliau mau meluangkan waktunya di tengah-tengah kesibukan seminar dan kegiatannya berkunjung ke Hong Kong ini.

Saya berbagi tugas dengan Fera Nuraini. Kompasianer dari Ponorogo, admin event-event fiksi yang sudah popular itu untuk menghubungi kompasianer yang berada di Hong Kong. Menawarkan kopdar bareng bersama  Om Julianto Simanjuntak di hari Minggu,  bertepatan dengan jatah kami liburan.

Setelah janjian dibuat, waktu dan tempatpun disepakati. Saya bertemu dengan Fera Nuraini, Sarwendah Rahmah sekitar jam tiga sore di jalanan padat Causeway Bay. Kami berangkat bersama-sama untuk menjemput Om Julianto Simanjuntak yang berada di tempat seminar, daerah Fotress Hill. Alamat sudah kami kantongi. Tak terlupa nomor kontaknya. Jam empat, kami bertiga sudah sampai di tempat yang tertera pada alamat. Tetapi sore ini, kami sempat dibuat resah dan penuh debar. Menunggu terlalu  lama, yang ditunggu tak datang juga. Dan ternyata, waktu kami terbuang sia-sia. Alamat yang sudah membuat kami menunggu sekitar satu jam di lobi, ternyata salah. Di ujung telfon, Om Julianto Simanjuntak juga sedang resah. Haha, ceritanya nih, kami saling tunggu-menunggu. Kembali mencari, dan akhirnya sampai juga di tempat yang di tuju.

Kedatangannya disambut hangat oleh teman- teman kompasianer  Hong Kong yang menyempatkan waktunya untuk hadir. Mengenakan kemeja putih berlengan pendek, senyumnya sumringah. Nampak lebih muda dari usia yang  berpagut pada raga.  Setelah bertemu dan saling bertegur sapa, kami memutuskan untuk pergi ke Jordan. Restoran Bali, tempat asyik untuk menikmati sore dalam kebersamaan.

[caption id="attachment_140491" align="aligncenter" width="648" caption="Sharing dan konsultasi dengan pakar."][/caption]

Sementara di ujung telfon, kompasianer lain yang berhalangan datang tidak kalah hebohnya. Bang Nasr dan Nova Azha, turut menyampaikan salam takzim dan permintaan maaf karena berhalangan hadir untuk dapat berbaur dengan kami. Di MTR Jordan, kami masih harus menunggu mbak Ina. Kompasianer Hong Kong,  yang kebetulan ini adalah jumpa saya untuk pertama kali dengannya. Ramah, dan sungging senyum tak pernah luput dari pipinya.

Nasi rendang, mi goreng khas lidah pribumi, roti prata menjadi menu pilihan kopdar  santai kami.  Acara berlangsung santai sore ini. Saling berbagi dan mencoba untuk saling mengenal, meski kami berada dalam keberagaman latar belakang.

Om Julianto Simanjuntak, yang berkarya di ladang konseling membuka topik sore ini. Mulai bertanya, bercerita  dan mencoba untuk lebih mengenal teman-teman kompasianer. Dan hasilnya, kopdar kami bukan hanya sekedar kopdar. Tetapi lebih mengarah kepada curhat dan konsultasi. Hehehe, cerita sore ini, kami mendapat konsultasi gratis  bersama Om Julianto Simanjuntak. Dan tidak tanggung-tanggung, jika perbincangan kami lebih mengarah kepada tips-tips jitu cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi oleh masing-masing kompasianer yang bertanya. Dan salut sekali kepada  Om Julianto Simanjuntak, dengan telaten menjadi pendengar, menjawab pertanyaan,  dan memberikan solusi permasalahan.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan jam tujuh malam. Kami lanjutkan perjalanan dengan mengajak Om Julianto Simanjuntak jalan-jalan di pasar malam di Jordan. Pasar  yang berada di kawasan  Temple Street ini, hanya dibuka ketika sore menjelang sampai malam hari. Mayoritas pembeli  yang datang adalah  wisatawan-wisatawan mancanegara.  Dan harga pun sudah bisa ditebak sangat berbeda dari tempat lainnya. Harus pinter-pinter nawar istilahnya. Sebuah buku catatan kecil  dan sangat unik yang covernya terbuat dari kulit dibandrol dengan harga seratus lima puluh dolar. Kami menawar tujuh puluh dolar saja. Tetapi masih belum bisa, dan akhirnya kesepakatan finalnya adalah seratus dolar. Sepasang papan catur unik memikat hati Om Julianto Simanjuntak. Beliau berujar, jika anaknya menyukai catur dan ingin memberikan oleh-oleh catur tersebut.  Harga bandrolnya adalah dua ratus lima puluh dolar. Kami menawar dengan harga seratus delapan puluh dolar, tetapi penjual kekeuh menolak. Sudahlah, kalau tidak boleh segitu kita pergi saja yuk! Cari tempat lain saja. Saya mengajak berpindah untuk mencari tempat yang lebih murah. Dan tanpa dinyana  atau memang ini adalah strategi yang harus kita pakai sebagai pembeli, papan catur unik itu dilepas dengan harga final seratus delapan puluh dolar. Wow, fantastis!

[caption id="attachment_140495" align="aligncenter" width="656" caption="Lukisan dengan sentuhan cantik nan apik terpampang dengan harga yang beragam."][/caption] [caption id="attachment_140496" align="aligncenter" width="652" caption="Aksesoris khas Hong Kong."][/caption] [caption id="attachment_140497" align="aligncenter" width="652" caption="Papan catur cantik, oleh-oleh mendadak dari kompasianer Hong Kong."][/caption]

Sekitar satu jam di pasar malam  kawasan Jordan,  kowloon. Ujung ketemu ujung kami putari. Hunting barang yang diinginkan pun sudah terbeli. Harus pinter-pinter nawar, kuncinya. Sama saja ketika membeli barang di Indonesia, tawar-menawar adalah hal yang wajar.

Tak terasa waktu menunjukkan jam delapan malam. Pertemuan yang singkat dan sangat berkesan pun harus berakhir. Di dalam MTR Jordan kami saling berpeluk, mengucapkan salam takzim dan terimaksih untuk pertemuan yang berkesan hari ini. Kompasiana membawa banyak cerita  baru, seru dan beragam dari  kompasianer yang memang  beragam latar belakang.

[caption id="attachment_140500" align="aligncenter" width="492" caption="Stasiun MTR Jordan. Moment yang tak pernah terlupa."][/caption]

[caption id="attachment_140501" align="aligncenter" width="652" caption="Kompasianer, menjelang berpisah."][/caption] [caption id="attachment_140502" align="aligncenter" width="492" caption="Nah, lo. Percaya kan. Masih muda dan penuh semangat."][/caption] [caption id="attachment_140504" align="aligncenter" width="480" caption="Dapat oleh-oleh buku dari penulisnya langsung. Seni Merayakan Hidup Yang Sulit oleh Om Julianto Simanjuntak. Terimakasih. Menambah koleksi bacaan saya. Dan bersiap membacanya."][/caption]

Kamar.30.10.11.11.00

Newterrotories, pertemuan memang selalu membawa kesan...

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun