Mohon tunggu...
Anhar Wahyu
Anhar Wahyu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang yang mencoba menjadi ++

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengemis yang Sombong

10 Februari 2012   03:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:50 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nabi Muhammad pernah bersabda " Orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan fakir miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam (HR. Bukhari) "

Jadi sudah kewajiban bagi kita sebagai umat muslim untuk saling tolong - menolong, memberi sedikit bantuan kepada fakir miskin adalah salah satunya. Tetapi apa yang terjadi sekarang sudah sangatlah jauh berbeda, pada saat ini sulit sekali bagi kita untuk membedakan mana pengemis yang benar - benar membutuhkan bantuan dengan orang yang menjadikan pengemis sebagai pekerjaannya.

Hal ini pernah saya alami sendiri, dua kali bahkan. Pertama dulu saat saya baru pertama kali datang ke kota Yogyakarta sekitar tahun 2002, kejadian pertama yaitu disekitar daerah Wirobrajan tepatnya didepan Kampus UMY yang lama. Saat saya dan teman saya sedang menunggu bis Jalur 12 yang menuju ke arah Malioboro ada seseorang yang menghampiri saya sambil menyodorkan tangannya kesaya tanpa berkata satu katapun. Dari tampilan luarnya saya bisa memastikan dia seorang pengemis, dilihat dari penampilannya saya sedikit kurang simpatik, sebab kalau dilihat penampilan fisiknya dia masih terlihat kuat, hanya bajunya saja yang kotor dan sebuah tas yang terlihat sudah lusuh.

Tanpa basa - basi pula saya lalu merogoh kantong saya untuk mengeluarkan uang logam Rp 200,- dan pecahan uang logam Rp 100,- dua buah, totalnya Rp 400,- uang tersebut lalu saya kasihkan ke bapak pengemis tersebut. Pengemis tersebut menerimanya sambil sedikit memperhatikan uang yang saya berikan tadi. Tanpa basa - basi pula pengemis tersebut membanting / membuang uang yang saya berikan kebawah, tentu saja saya terheran - heran, langsung saja saya bertanya ke pengemis tersebut, " kenapa pak kok dibuang uangnya ? " pengemis tersebut menjawab dengan bahasa jawa dan kalimat yang kurang saya bisa mengerti sebab dia berbicara dengan bahasa jawa ditambah pula dengan suaranya yang tidak begitu jelas. Tetapi intinya pengemis tersebut tidak terima hanya dikasih uang segitu, dan dia berharap agar saya memberi lebih.

Setelah membuang uang tersebut dan sambil ngedumel (bahasa jawa ) pengemis tersebut langsung pergi tanpa mengambil uang yang telah saya berikan tadi.Setelah kejadian itu saya sangat - sangat heran, kok ada yah pengemis yang milih - milih begitu, syukur2 masih ada orang yang ingin membantunya. Dengan kejadian tersebut saya sedikit sadar bahwa tidak semua pengemis benar - benar ikhlas menerima bantuan yang diberikan kepadanya.

Kejadian yang kedua yaitu sekitar sebulan yang lalu, tempatnya di angkringan di belakang MC.Donald's Jl. Sudirman Yogyakarta, bagi yang pernah kesana tentu tahu keadaan di angkringan didaerah itu yang selalu ramai setiap malamnya, dan dimana ada keramaian disitu pasti ada pengamen dan pengemis. Jadi setiap keangkringan didaerah tersebut saya selalu menyiapkan uang - uang logam untuk diberikan kepada pengemis maupun pengamen yang jumlahnya bisa lebih dari 3.

Disebelah kami duduk ada sekelompok remaja yang juga sedang duduk2 diangkringan tersebut, tak lama kemudian datang seorang nenek - nenek / mbah2, tentu saja umurnya sudah tua berjalan saja dia harus sambil memegang tongkat bambu karena kondisi fisiknya yang sudah membungkuk, mbah tersebut mendatangi kelompok remaja disebelah saya sambil menyodorkan botol aqua plastik kecil yang kosong, saya yang melihatnya pun sudah mempersiapkan uang receh untuk diberikan karena sudah pasti setelah mengemis dari kelompok remaja disebelah saya pasti dia akan mendatangi saya juga.

Salah satu dari remaja disebelah saya pun langsung berdiri dan memasukan uang logam, sekitar Rp 300 kedalam botol aqua kosong tersebut, si pengemis pun langsung melihat dan mengambil uang tersebut dan seperti kejadian diatas pengemis tersebut juga melempar uang tersebut kejalan, tentu saja remaja disebelah saya langsung diam, sambil pergi pengemis tersebut bilang menggunakan bahasa jawa yang artinya " orangnya banyak, kok hanya ngasih Rp 300 " mbah tersebut pun langsung berjalan pergi dari warung angkringan tersebut dan langsung berjalan ke angkringan yang lain.

Dari penampilan dua pengemis diatas yang jauh berbeda dimana pengemis yang pertama masih terlihat kuat walaupun umurnya sudah sekitar setengah baya dan pengemis kedua yang sudah benar - benar tua ternyata sama saja, sama - sama tidak bisa menghargai pemberian orang, dalam hati saya berfikir kok ada yah orang yang seperti itu, benar - benar tidak menghargai uang. Apalagi saya yang percaya dengan kata " kualat " kalau kata orang didaerah saya jangan sekali - sekali kamu sengaja " membuang uang / membanting uang " , dengan membuang uang sama saja kita tidak menghargai uang tersebut dan kalau kita sendiri tidak menghargai uang mana mungkin juga uang akan menghargai kita.

Dalam hati saya berfikir mungkin 2 orang diatas kenapa mereka bisa terus menjadi pengemis karena mereka tidak pernah menghargai uang. Menjadi pengemis aja mereka berani membuang uang begitu apalagi jika mereka diberi uang lebih.

Jadi sekarang saya lebih baik memberi uang kepada para pengamen daripada pengemis apalagi pengemis yang terlihat dari fisiknya masih sehat dan kuat untuk bekerja. Sebab walau bagaimanapun pengamen ada sedikit usaha dalam memintanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun