Mohon tunggu...
Anhar Wahyu
Anhar Wahyu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang yang mencoba menjadi ++

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memalukan Ada Jual Beli Nilai di Universitas Gunadarma

5 November 2014   20:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:33 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini merupakan salah satu hal yang sangat sangat memalukan dalam dunia Pendidikan. Bagaimana bisa sebuah Universitas Sekelas Gunadarma yang selama ini mengklaim diri sebagai Universitas Swasta Terbaik se Indonesia ternyata terjadi praktik jual beli nilai. Berikut ini beritanya yang kami kumpulkan dari berbagai sumber. Sumber : Republika Online / http://goo.gl/XvONkp

Ratusan mahasiswa Gunadarma tidak jadi wisuda karena ada indikasi jual-beli nilai. Salah satu mahasiswa Gunadarma yang batal menjadi wisudawan MY mengatakan ada ratusan mahasiswa yang tidak jadi wisuda. “Banyak banget hampir ratusan lebih, memang ada calonya dan katanya dari orang dalem,” kata MY, Jumat (17/10). MY mengatakan pihak kampus tiba-tiba membatalkan nilai dengan alasan mahasiswa memanipulasi nilai. MY mengakui ada praktek manipulasi nilai. Ratusan mahasiswa yang dibatalkan wisudanya memang melakukan jual beli nilai. MY mengatakan para mahasiswa yang batal wisuda sudah membayar biaya wisudah sebesar satu juta rupiah. Mereka juga sudah menerima toga dan melakukan gladik resik. Saat gladi resik ratusan mahasiswa dipanggil oleh sekretariat Kemahasiswaan Mereka diminta untuk membuat surat pernyataan mereka memanipulasi nilai dan bersedia menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas. Namun dua minggu sejak gladi resik tidak ada pengumuman dari Universitas tentang sanksi yang harus mereka terima. MY menjelaskan proses jual-beli nilai. MY mengatakan ada salah satu temannya yang menawarkan untuk menaikan nilai. Prosesnya memanipulasi nilai ini cukup mudah. Mahasiswa yang nilainya ingin dinaikan hanya membayar antara Rp 250-300 ribu dan meninggalkan Nomor Pokok Mahasiswa. Dalam tiga hari nilai berubah. Universitas Gunadarma menolak mengkonfirmasi hal ini. Pembantu Rektor IV Bidang Kemahasiswaan Irwan Bastian menolak ditemui dengan alasan ada pertemuan. Lucia Crispina Pardede Wakil Pembantu Rektor III juga tidak mau memberi klarifikasi dan komentar mengenai hal ini. Sampai saat berita ini ditulis belum ada konfirmasi dan klarifikasi dari Universitas Gunadarma.

Sumber : Merdeka.com / http://goo.gl/l9IM8p

Sistem akademik Gunadarma University diretas. Pelaku ternyata mahasiswa yang berbuat curang mengubah nilai. Kecurangan ini pun dimanfaatkan untuk mencari uang. Pihak universitas mendeteksi ada 56 mahasiswa melakukan cara licik. Mereka tergiur oleh tawaran pelaku meskipun dikenakan biaya. Sebanyak 56 mahasiswa dilarang mengikuti wisuda hari ini yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC). Mereka akan mengikuti wisuda susulan pada 17 Desember nanti. Dalam media sosial beredar penjelasan pihak kampus mengenai kejadian ini. Gunadarma pun sudah mengambil langkah tegas terhadap mahasiswa yang berbuat curang. “Telah terjadi peretasan sistem akademik UG yang canggih oleh oknum mahasiswa UG. Akibatnya nilai dapat diubah secara tidak sah oleh pihak tidak berwenang,” tulis Wakil rektor III bidang Kemahasiswaan Irwan Bastian yang diposting di path. Seluruh mahasiswa terlibat diharuskan mengikuti ujian ulang dan nilai dikembalikan ke aslinya. Langkah ini diambil untuk menjaga integritas kampus.

Sumber : Tribun News / http://goo.gl/ZKMTZo

Sekitar 300 mahasiwa Universitas Gunadarma dari berbagai fakultas dan jurusan resah, karena terancam gagal mengikuti acara wisuda yang akan digelar, Minggu (19/10/2014) di Jakarta Convention Center (JCC). Para mahasiswa ini mengaku bahwa nama mereka dinyatakan ‘diblok’ oleh pihak kampus serta dianggap tidak layak mengikuti wisuda, karena terkena skandal jual beli nilai. Nia (23), salah satu mahasiswa Universitas Gunadarma dari Fakultas Teknologi Industri jurusan Teknik Informatika, menyatakan, ia dan ratusan rekan lainnya diberitahu pihak kampus bahwa mereka tidak layak mengikuti wisuda, pada 7 Oktober 2014 lalu, usai mereka mengikuti gladi resik wisuda di Kampus D, Universitas Gunadarma, di Gedung di Jalan Margonda, Depok. “Ada ratusan mahasiswa yang dinyatakan enggak bisa wisuda. Beberapa teman saya ada yang pingsan, bahkan ada yang mau bunuh diri,” kata Nia (nama samaran) kepada wartawan, Jumat (17/10/2014). Ia menuturkan gladi resik wisuda dilakukan bergantian, mulai tanggal 7 Oktober sampai 11 Oktober. “Setiap hari saat gladi resik, kampus mengumumkan sejumlah mahasiswa yang kena skandal jual beli nilai, dan dianggap gak bisa ikut wisuda,” katanya didampingi beberapa mahasiswa lain. Karenanya kata dia setiap hari di saat gladi resik kegaduhan pasti terjadi di kampus. “Bahkan ada yang histeris segala. Soalnya mereka kan sudah bilang ke keluarga akan diwisuda Minggu 19 Oktober. Kalau ternyata gagal, wajar kalau jadi stres,” katanya. Nia menjelaskan dirinya sudah membayar uang wisuda sebesar Rp 1 Juta sejak jauh-jauh hari. “Kalau ternyata kami dinyatakan gak bisa wisuda sebaiknya jangan dimintai uang wisuda dong,” kata Nia. Menurutnya tudingan bahwa dirinya terlibat jual beli nilai, memang diakuinya. Namun, kata dia, hal itu juga melibatkan pihak kampus yakni pihak yang memasukkan nilai. “Saya sidang ujian skripsi April 2014 lalu dan dinyatakan lulus. Saya lalu ditawari menaikkan nilai mata kuliah tertentu dari nilai C ke nilai A dengan membayar Rp 250.000 untuk satu mata pelajaran,” katanya. Awalnya Nia mengaku enggan melakukan hal itu. Namun pihak yang menawarinya yakni mahasiswa lain meyakinkannya kalau hal itu justru diotaki oleh pihak kampus juga dan tidak akan ketahuan. “Sebab yang input nilai ke ijazah kan memang orang dalam kampus. Jadi ini pasti diotaki orang kampus,” katanya. Bahkan kata Nia, dari informasi rekan dan alumni yang didapatnya hal ini sudah terjadi beberapa tahun ini. “Akhirnya saya mau beli nilai untuk dua mata kuliah saya yang nilainya C supaya jadi A. Satu mata kuliah bayarnya Rp 250 ribu. Jadi untuk dua mata kuliah jadi Rp 500 ribu,” kata Nia. Menurut Nia, skandal jual beli nilai sempat terbongkar Juni. Beberapa mahasiswa yang belum sidang dibatalkan rencana sidangnya. “Karena saya sidang bulan April bersama teman-teman lainnya, saya tidak terkena skandal jual beli nilai itu,” katanya. Lalu kata Nia, ia merasa lega karena dimintai uang wisuda Rp 1 Juta. Bahkan ia juga merasa aman karena diminta mengikuti gladi resik wisuda pada 7 April. “Tapi ternyata usai gladi resik, nama saya dan beberapa nama teman lain dibatalkan wisuda,” katanya. Nia mengatakan setelah pihak kampus menyatakan mereka terlibat jual beli nilai, 7 Oktober 2014 lalu, saat itu pihak kampus langsung meminta mereka membuat surat pernyataan yang isinya mereka mengakui telah melakukan pembelian nilai. “Awalnya kami menolak. Tapi pihak kampus lalu menjanjikan bahwa kami akan bisa ikut wisuda kalau bikin surat pernyataan, tapi dengan beberapa sanksi. Diantaranya ijazah kami tidak bisa dilegalisir dalam setahun,” kata Nia. Karena janji itu, Nia mengaku akhirnya membuat pernyataan bersama puluhan rekan lainnya saat itu. “Dan sejak itu sampai sekarang, kami mempertanyakan pihak kampus apakah kami diwisuda atau tidak. Sebab sampai kini undangan wisuda untuk orangtua, belum kami dapatkan. Sampai sekarang kami mempertanyakan hal itu,” kata Nia. Wakil Purek III Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma, Lucia Crispina Pardede, saat ditemui Warta Kota, di Kampus D Gunadarma, di Jalan Margonda, Jumat (17/10/2014), tidak membantah adanya keresahan ratusan mahasiswanya yang terancam wisuda karena dianggap terlibat skandal jual beli nilai. “Tapi penjelasan soal ini, atau soal konfirmasinya biar Pak Irwan Bastian (Purek III-Red) saja yang menjelaskan,” kata Crispina. Staf Humas Universitas Gunadarma, Nana mengungkapkan persoalan dugaan jual beli nilai yang membuat beberapa mahasiswanya terancam gagal wisuda, adalah kewenangan Pembantu Rektor III, Irwan Bastian, dan diluar kewenanga humas. “Jadi memang harus menunggu konfirmasi Pak Irwan, kalau soal ini. Tapi memang benar bahwa Minggu 19 Oktober akan ada wisuda mahasiswa kami di JCC,” katanya. Menurutnya ada sekitar 3000 mahasiswa Universitas Gunadarma dari berbagai jurusan yang akan diwisuda saat itu. “Berapa jumlah tepatnya dan fakultas mana saja, datanya ada di bidang kesiswaan,” ujarnya. (Budi Sam Law Malau)

Hal ini sangat memalukan apalagi saat ini semua Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia baik negeri maupun swasta berlomba-lomba memperbaiki kualitasnya ternyata di Universitas Gunadarma malah terjadi hal seperti ini. Universitas Gunadarma yang memiliki Akreditas A juga perlu dikaji ulang karena jika hal ini dibiarkan bukan tidak mungkin kedepannya hal seperti ini bisa terjadi lagi. Pihak Universitas Gunadarma juga perlu menjelaskan detail kepada masyarakat tentang kejadian ini karena bukan tidak mungkin hal ini sudah terjadi selama bertahun-tahun di Gunadarma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun