Berbicara atau bercerita tentang Papua itu sebenarnya perbincangan yang sangat menarik dan multi dimensi. Papua itu Unik dan Papua itu sangat menarik. Bila sempat mengenal sedikit saja tentang Papua maka kita seperti tertarik magnit raksasa dan penasaran untuk mengenal lebih dalam lagi.
Hanya Bali yang bisa menandingi keunikan dan keindahan Papua. Bali memang sudah mendunia sejak lama. Keindahan Pulau Bali, Kekayaan Alamnya, Tradisi dan Budayanya memang telah membuat Bali bukan saja menjadi kekayaan Indonesia tetapi menjadi kekayaan dunia.
Papua sebenarnya juga demikian. Sayangnya sampai saat ini banyak orang hanya lebih mengenal Papua sebagai Tambang Emas saja (Freeport) ataupun Raja Ampat yang indah yang mulai mendunia itu. Hanya itu saja yang dikenal orang.
Raja Ampat itu sebenarnya hanya sepersepuluh dari Keindahan Papua seluruhnya. Sementara Freeport itu hanya seperempat dari Kekayaan Papua. Jadi sebenarnya Papua lebih dari sekedar Freeport ataupun Raja Ampat.
Tinggal bertahun-tahun di Papua tidak membuat saya berhasil mengenal Papua seutuhnya. Terlalu luas wilayahnya (310 ribu Km2). Delapan kali lipat dari Pulau Jawa. Terlalu banyak keindahannya dan terlalu banyak keunikannya. Saya sempat tinggal dan mengunjungi beberapa kabupaten saja.Saya sangat bersyukur karena pernah tinggal di salah satu “Surga Dunia”.
Bila diminta untuk bercerita tentang Papua seperti yang saya ketahui, rasanya saya membutuhkan 1 Rim kertas untuk menuliskannya. Hahahaha. Tapi saya mau mencoba saja agar lebih banyak orang mengenal salah satu Propinsi Masa Depan Indonesia ini.
Yang Pertama,Mari kita lupakan cerita yang mengatakan bahwa Papua itu identic dengan masyarakat telanjang. Salah sekali kalau hanya cerita itu yang diketahui masyarakat.
Suku terkebelakang memang ada di Papua tetapi itu terjad puluhan tahun yang silam. Jangankan di Papua, di Jawa sendiri sampai sekarang masih ada Suku yang bisa dianggap Terkebelakang. Di Sumatra juga ada dan di Kalimantan juga ada.
Di Jawa, Suku Badui adalah saudara-saudara kita yang memang sangat mempertahankan Budaya Leluhurnya sehingga tidak berbaur dengan masyarakat umum. Salah satu keunikan mereka adalah sebagian orang-orang Badui berjalan di kota dengan sikap berbaris antri seperti kita berjalan di jalan setapak di Hutan. Secara logika berjalan dengan sikap begitu malah lebih aman di jalan raya. Begitulah warna budaya bangsa kita.
Di Papua , tepatnya di Pegunungan Jayawijaya hingga tahun 80 an memang ada beberapa suku yang sehari-harinya masih memakai busana alam. Koteka adalah salah satu busana pria yang terkenal. Sementara Noken adalah Assesories Wanita (Tas Multi Fungsi) yang juga sudah dikenal banyak orang.
Pada waktu itu hingga tahun 2010 memang belum ada sama sekali jalan penghubung antara Kota Wamena menuju ibukota Propinsi Jayapura ataupun menuju kabupaten terdekat Merauke. Dibilang terdekat juga sulit sebenarnya karena jarak dari Wamena ke Jayapura atau ke Merauke itu lebih dari 2.000 Km dengan medan pegunungan dan lembah yang curam.