Semakin kasihan sebenarnya melihat PDIP ini. Hanya karena takut jagoannya kalah, segala cara pun dilakukannya demi menyelamatkan jagoannya dari kemungkinan kalah di Pilgub DKI 2017.
Berbeda dengan tahun 2012 dimana posisi PDIP sebagai underdog yang bersinar terang dan mampu mengalahkan Goliath, pada tahun 2016-2017 ini PDIP sebenarnya dalam posisi sedang menjadi Goliath (Raksasa Penguasa). Dukungan suara massa dan DPR punya banyak, kader-kader bagus punya bahkan Presiden pun punya mereka.
Diatas kertas tanpa seorang Ahok pun sebenarnya PDIP lah yang paling berpeluang (tadinya) untuk memenangkan Pilgub DKI 2017. Mau ajukan Djarot, Risma, Ganjar atau lainnya, semuanya punya peluang cukup besar untuk meraih kursi Gubernur DKI. Tinggal mencari rekan koalisi saja. Dan itupun sangat banyak tersedia karena partai-partai pendukung pemerintah seperti Nasdem, PKB, PAN, PPP, Hanura dan lainnya memang sedang menjadi sahabatnya.
Sayangnya PDIP kok malah pilih Ahok yang sudah jelas-jelas kontroversial dan banyak musuhnya. Inilah blunder terbesar PDIP di tahun 2016. Memilih orang yang “bermasalah” dengan resiko pengorbanan yang tak terkira banyaknya.
Dan belum apa-apa sebenarnya PDIP sudah babak belur berurusan dengan Ahok. Belum pernah terjadi Partai sebesar PDIP dicemooh oleh belasan remaja gara-gara rebutan mengusung Ahok. “Teman Ahok” LSM dadakan yang isinya belasan anak remaja sanggup mengolok-olok PDIP.
Internal PDIP pun bergejolak untuk menolak Ahok. Tapi elit-elit diatas ngoyo untuk mendukung “orang bermasalah” ini. Akhirnya seluruh kader disuruh menjadi kerbau yang dicocok hidungnya. Harus nurut kata ibu ketua.
Saya katakan “orang bermasalah” maksudnya disini adalah public luas masih menpersepsikan Ahok tidak clear dalam Kasus Sumber Waras, Reklamasi hingga Kasus Lahan Cengkareng. Belum ada yang benar-benar Clear statusnya. Sementara di sisi lain Ahok itu sudah terkenal sangat banyak musuhnya.
Kenapa sosok ini yang dipilih PDIP untuk menjadi Cagub DKI?
Dan selanjutnya kita semua melihat bagaimana PDIP mulai tambah babak belur karena ikut-ikutan “berperang”" dengan FPI. Yo opo rek, ora isin opo? mosok partai segede PDIP gulet karo Ormas? Dapat untung apa PDIP bertarung habis-habisan dengan FPI hanya karena FPI lah yang mengkasuskan Ayat Al-Maidah?
“Berkelahi” dengan FPI eh malah PDIP ngajak-ngajak JIL (Jaringan Islam Liberal) dan Polri untuk sama-sama mengeroyok FPI. Loh masyarakat melihat semua yang terjadi loh. Mereka juga tahu yang salah siapa dan yang belain mati-matian orang yang salah siapa.
Sebenarnya, bila PDIP tidak ribut sama FPI dan membiarkan kasus Penistaan Agama Ahok berjalan apa adanya, belum tentu Ahok divonis hingga 5 tahun. Paling juga hukuman percobaan 1 tahun tanpa ditahan. Dan itu artinya tidak mempengaruhi kesertaan Ahok-Djarot dalam Pilgub DKI. Dan belum tentu Ahok-Djarot kalah loh.